Random

Kamis, 19 April 2012

Temukan "Passion" (=gairah) anda dari 4 Pertanyaan ini !

Banyak orang yang mengaku tak mengetahui apa passion-nya dalam hidup. Tak sedikit juga orang yang mengaku punya passion tapi tak tahu cara mewujudkannya, dan selalu mencari alasan di balik ketidakmampuannya ke luar dari kondisi yang dianggapnya menyulitkan untuk mewujudkan passion.
Anda butuh duduk tenang dan berpikir untuk menemukan passion, jelas psikolog dan pendiri Daily Meaning Alexander Sriewijono. Sejumlah pertanyaan ini juga bisa Anda ajukan ke diri sendiri, untuk membantu menemukan passion termasuk mewujudkannya.

1. Hal apa yang paling Anda sukai dari aktivitas atau pekerjaan?
Alex mengungkapkan orang paling sering salah mengartikan passion sebagai pekerjaan. "Passion tidak sama otomatis dengan pekerjaan," tegasnya.
Alih-alih bertanya pada diri apa yang Anda punya (pekerjaan atau aktivitas), akan lebih baik menanyakan hal apa dari pekerjaan yang membuat Anda selalu bersemangat? Hal apa dari aktivitas Anda yang paling disukai?
Menjawab sejumlah pertanyaan ini dapat membantu Anda memahami makna passion yang sesungguhnya, hingga akhirnya memudahkan Anda untuk mewujudkan passion.
2. Satu kata apa yang paling merepresentasikan diri Anda?
Pertanyaan ini penting diajukan dan punya kaitan erat dengan passion. Hanya dengan mengenali diri sendiri seutuhnya, Anda bisa menjadi seseorang yang jauh lebih "bersinar".
Orang lain dapat melihat bagaimana Anda menjalankan aktivitas atau pekerjaan dengan penuh semangat dan bergairah, karena Anda berhasil merepresentasikan diri yang sesungguhnya. Jadi pikirkan kembali, satu kata apa yang paling mewakili diri Anda, sebagai langkah awal mengenali diri lebih mendalam. Semakin Anda mengenali diri sendiri, Anda mampu menemukan dan mewujudkan passion.
3. Apa yang Anda kerjakan?
"Hati-hati, karena ini merefleksikan pekerjaan Anda," jelas Alex. Ia menyontohkan, penulis yang memiliki passion akan menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan, "Saya mengerjakan sesuatu untuk memengaruhi orang lain" atau "Saya mengerjakan sesuatu untuk membuat dunia lebih berwarna". Passion akan mendorong Anda menjawab pertanyaan semacam ini dengan lebih bermakna, bukan sekadar menjelaskan secara harfiah apa yang Anda kerjakan untuk hidup.
Setiap orang memiliki passion yang berbeda meski aktivitas atau pekerjaannya sama. Inilah yang membedakan Anda dengan orang-orang lain se-profesi misalnya. Dengan memahami apa yang Anda kerjakan, dan tahu mengapa Anda melakukan pekerjaan tersebut, Anda takkan menjadi korban dalam hidup atau dengan kata lain Anda akan selalu passionate menjalankan apa pun aktivitas Anda.
4. Seperti apa cara berpikir Anda?
Alex mengatakan, orang yang punya passion akan selalu berpikir berangkat dari apa yang ia mau bukan berangkat dari apa yang ia punya. Dengan kata lain ia memiliki pola pikir quantum leap.
Untuk mencari jawaban atau solusi dari apa pun kondisi, pilihan, tantangan yang sedang dihadapinya, ia kemudian akan bertanya pada dirinya tiga hal ini:
  • Apa yang paling diinginkan terjadi?
  • Apa yang sudah saya punya?
  • Apa yang harus saya lakukan?
Sebagai contoh, jika saat ini Anda memiliki uang Rp 2 juta, enam bulan dari sekarang Anda mau berlibur ke mana? Dengan memiliki cara berpikir quantum leap, seseorang akan memberikan jawaban yang boleh jadi dianggap tak masuk akal bagi orang lain.
Misalnya, ada orang yang menjawab, "Saya akan berlibur ke Eropa" atau "Saya akan berlibur ke Bali". Orang yang memiliki pola pikir quantum leap akan memberikan jawaban yang didorong oleh passion dalam diri,  dengan berpikir, "Tak ada yang tak mungkin, dan semua hal bisa saja terjadi dalam hidup". Orang seperti ini mendasarkan jawaban pada keinginannya untuk ke Eropa, bukan mendasarkan jawaban pada apa yang ia punya (Rp 2 juta) saat ini.
Artinya, ia meyakini bahwa ia mampu ke Eropa enam bulan ke depan, meski uang yang dimilikinya saat ini hanya Rp 2 juta. Lantas apa yang akan terjadi? Ia akan menempatkan keinginannya (berlibur ke Eropa) sebagai fokus utama, lalu ia akan tergerak untuk menganalisa kembali apa yang ia punya saat ini dan ia takkan berhenti sampai disitu, karena setelahnya ia akan berupaya mencari cara bagaimana agar ia bisa ke Eropa.
Semangat dan gairah dalam dirinya lah, yang pada akhirnya mendorongnya untuk mewujudkan keinginan, berlibur ke Eropa, dengan segala daya yang dikerahkan tanpa terkalahkan oleh kondisi apa pun.*)
»»  READMORE...

Rabu, 18 April 2012

Tradisi dan Modernitas: Antara Dilema dan Keniscayaan

Pepatah Minangkabau mengatakan: adaik dipakai baru, kain dipakai usang. Artinya, adat Minangkabau akan tetap berguna dalam keadaan zaman apa pun, tidak seperti barang material yang seiring waktu nilainya kian berkurang. Tak tahu pasti kapan pepatah tersebut diciptakan, tetapi abad ke-21 menunjukkan bahwa yang terjadi justru sebaliknya.
Satu per satu aturan-aturan adat yang lama digusur oleh yang baru. Penghulu dahulu memiliki kekuatan di dalam sukunya, sekarang banyak anggota suku yang tak kenal lagi penghulunya karena sang penghulu sudah terlalu sibuk dengan dirinya sendiri dan keluarga inti. Di masa lalu amat sulit menjual tanah pusaka, kini orang-orang bermurah hati menjualnya apabila ada kebutuhan mendesak seperti mobil dan rumah bertingkat. Jika pada abad ke-19 masih kuat aturan anak lelaki musti menginap di surau kaum-nya, sekarang menyuruh anak lelaki tiap hari  tidur di luar sama saja melatihnya jadi preman. Aturan-aturan yang dulu lazim kini tak relevan lagi.
Satu per satu hasil-hasil kerajinan dan kesenian tradisonal digantikan. Orang-orang Minangkabau seratus tahun lalu masak dengan tungku dan kayu api, kini untuk apa pakai kayu api jika kompor gas bisa ditemukan di mana-mana. Dulu orang naik pedati dari Bukittinggi ke Padang untuk membawa hasil bumi, tahun 2012 ini hanya orang gila yang berpikir melakukannya. Untuk makanan ringan orang-orang Minangkabau masa lampau cukup puas dengan mengunyah saka, dadiah, cindua, kini anak muda yang tak kenal dengan fried chicken, donat dan pizza  akan didaulat manusia sengsara. Barang-barang yang dulu niscaya sekarang sudah tak berguna.
Mungkin ada yang berpendapat penghulu, tanah pusaka, sistem pewarisan matrilineal, aturan tidur di surau, pedati dan yang serupa bukanlah bagian yang esensial dari adat Minangkabau. Sebab, adat yang sebenar adat adalah hukum alam. Tanpa rumah gadang, tanpa tungku tigo sajarangan, tanpa belajar silek pada zaman sekarang seseorang masih bisa disebut beradat.
Pendapat di atas mengabaikan satu hal bahwa nama lain adat adalah tradisi. Tradisi bisa diartikan sebagai kontinuitas yang dipertahankan dari masa lalu baik sifatnya materil maupun imateril. Semua yang disebut tadi adalah bagian dari tradisi karena telah diterapkan dan digunakan oleh orang-orang Minangkabau selama berabad-abad. Selama itu pula nenek moyang kita terbantu olehnya untuk menciptakan masyarakat yang utuh. Perubahan aneh terjadi setelah kontak dengan peradaban Eropa dan mulai intens semenjak awal abad ke-19. Sakali aia gadang sakali tapian baraliah.
Untuk memahami mengapa perubahan tersebut aneh dan luar biasa barangkali tidaklah sulit. Setidaknya ada dua alasan. Pertama, perubahan terjadi dalam waktu yang cepat. Apa yang selama seribu tahun diterapkan dalam beberapa dekade saja dipandang tidak relevan lagi oleh masyarakat. Kedua, perubahan terjadi secara besar-besaran dalam seluruh aspek kehidupan. Hampir tidak ada aktivitas yang tidak tersentuh olehnya.
Pembawa dari perubahan itu adalah peradaban modern berspirit materialisme yang berhembus dari dunia Barat. Peradaban tersebut mengusung kecanggihan teknologi dan paradigma hidup yang praktis. Setelah orang-orang Minangkabau mempelajarinya, sebagian besar mendapatinya sebagai hal baru, menarik, suatu kemajuan, suatu yang pantas dijadikan ideal untuk ditiru. Karena kekaguman, sebagian mereka lalu merasa rendah diri dan memandang adatnya masih jahiliah sehingga perlu dikoreksi total. Sebagian lain berpandangan peradaban modern dan  adat tradisional sama sekali tak bertentangan sehingga berupaya mencari sintesis. Di sisi lain, ada yang menolaknya secara tegas dan ada yang tak peduli karena tak punya kepentingan. Hasil dari perkembangan dan pergumulan berpuluh-puluh tahun adalah apa yang kita lihat sekarang. Meski belum memasuki ronde terakhir, agaknya sudah terlihat siapa yang akan jadi pemenang: tradisi atau modernitas.
Jika pun bisa memilih, ada dilema yang kentara. Jika memilih hidup utuh dengan tradisi berarti hidup terisolasi. Apabila suatu kampung tak ingin modernitas masuk, tak ingin jalan beraspal, listrik, sekolah pemerintah, pelayanan kesehatan, televisi, maka siap-siaplah mati di kampung ibarat katak berkubur dalam tempurung. Jika ingin menerapkan secara konsisten undang-undang nan duo puluah dan amanat Datuak Katumanggungan (Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo 2003: Curaian Adat Minangkabau), maka berhati-hatilah karena akan didakwa melawan hukum positif dan melakukan subversi terhadap pemerintah. Apabila tak ingin menggunakan barang-barang teknologi modern di zaman ini rasakanlah hidup susah.
Namun, apabila menerimanya seutuhnya, maka terjadi pertentangan batin. Sebab, hati masih dirasa terhubung ke masa lalu meskipun gaya hidup berkiblat ke Los Angeles.    
Apa yang sebenarnya terjadi pada mayoritas masyarakat Minangkabau saat sekarang adalah hasil dari usaha sintesis berpuluh tahun. Peradaban modern tidak ditampik dan tradisi tidak ingin ditinggalkan seolah tidak ada yang bertentangan antara keduanya.
Dan hasilnya? Suatu kampung selama berabad-abad cara hidupnya tak berubah sejak kampung itu dibuat nenek moyang. Ketika banyak tempat lain di Indonesia telah merdeka, mereka belum merdeka karena tak disentuh jalan beraspal. Setelah lama menuntut dan akhirnya „merdeka“ ,orang-orang kampung menjual tanah dan hasil buminya lalu dibelikan mobil dan sepeda motor. Untuk listrik di rumah dibelilah mesin diesel, langkah selanjutnya adalah televisi dan parabola. Lalu, orang-orang yang dulu ke warung hanya untuk ma-ota dan minum kopi kemudian mulai asyik menonton film-film Hollywood dan Bollywood serta memperbincangkan pertandingan mempesona Liga Italia. Anak-anak muda makin banyak ke kota-kota dan kian gaya dengan tampilan yang modis dan hafalan lagu Korea. Lalu, masuklah listrik dan seterusnya. Akhirnya, tanpa terasa rumah gadang lapuk tak diacuhkan, penghulu tak berkuasa tak penting lagi, adat beralih kepada memenuhi tuntutan-tuntutan yang sifatnya material. Orang bangga menyebut dirinya masih beradat karena dalam baralek pakaian adat masih dipakai, makanan-makanan tertentu masih dihidangkan menurut susunan tertentu,  hiasan-hiasan adat berkilauan dan berumbai-umbai hingga ke lantai ,meskipun hiburannya orgen tunggal dengan sajian utama lagu-lagu triping sampai pagi.
Kemerosotan adat. Dekadensi tradisi. Itulah yang sebenarnya sedang terjadi. Apakah penyebabnya? Apakah modernitas itu terlampau perkasa atau karena kita tak pandai memilah sehingga proses sintesisnya salah kaprah? Jika sintesisnya benar, maka kualitas SDM kita dalam bidang teknologi, bahasa asing dan seni tidak akan kalah dari Malaysia dan Cina, kita takkan meminta-minta investasi dan bantuan asing, dan tak ada cerita  gila barang-barang impor dari Jepang, Eropa dan Amerika. Di sisi lain, jika sintesisnya benar, tradisi yang sifatnya positif akan tetap dijaga seperti silek, surau, adat berkorong berkampung, adab bersemenda dan harta pusaka. Jika sintesisnya berlanjut salah, mungkin saat nanti akan lahir pepatah: indak ado gadiang nan indak ratak, indak ado adaik nan indak usang.***(Novelia Musda)
»»  READMORE...

Penilaian Kinerja Guru

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan merencanakan mulai 1 Januari 2013 melaksanakan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat.
PK Guru dimaksudkan meningkatkan kualitas pembelajaran guru di kelas, karena pembelajaran merupakan jiwa institusi pendidikan yang mutunya wajib ditingkatkan secara terus-menerus.
Hal ini dapat dimengerti karena peserta didik mendapatkan pengalaman belajar formal terbanyak selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
Semua guru harus menyadari pentingnya peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. Huru merupakan ujung tombaknya dan diharapkan guru tidak lagi salah dalam mengajar, mendidik dan melatih siswa.
Menurut Kemendiknas, pelaksanaan PK Guru bukan menyulitkan guru, tetapi mewujudkan guru yang profesional. Harkat dan martabat profesi ditentukan kualitas layanan profesi yang bermutu.
Mulai saat ini, semua pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan berkomitmen mempersiapkan diri dengan baik. Dimulai dari sosialisasi terhadap guru dan melakukan uji coba terhadap pelaksanaan PK Guru itu.
Masih banyak guru yang belum mengerti terhadap PK dan bahkan ada yang takut dinilai kinerjanya.
Aspek-aspek yang dinilai, bagi guru kelas/mata pelajaran yang dinilai kompetensi pedagogik, kepribadian dan lain sebagainya.
Penilaian kinerja guru terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis penilaian dan melaksanakan tindak lanjut, disamping menguasai domain kompetensi.
PK Guru dilaksanakan secara teratur setiap tahun diawali dengan penilaian formatif, penilaian di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun, dengan memperhatikan prinsip obyektif, adil, akuntabel, bermanfaat, transparan, praktis, berorientasi pada tujuan dan proses, berkelanjutan dan prinsip rahasia.
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menyusun profil kinerja sebagai input dalam menyusun program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Penilaian PK Guru dilaksanakan kepala sekolah atau guru yang berkompeten yang sudah lulus menjadi asesor, penilaian kinerja kepala sekolah dilakukan pengawas satuan pendidikan atau pengawas mata pelajaran yang lulus diklat asesor.
Penilaian PK Guru oleh asesor dilakukan melalui pengamatan, menilai kinerja sebelum pengamatan. Pengamatan selama pelaksanaan proses pembelajaran dan diskusi setelah pengamatan.
Penilaian pemantauan, menilai kinerja guru melalui pemeriksaan dokumen, wawancara dengan guru atau wawancara dengan warga sekolah.
Melalui PK Guru diharapkan profesi pendidik semakin baik dan profesional.

Hendra
»»  READMORE...

Peningkatan Kesejahteraan Pendidik PAUD/TK

Peningkatan Kesejahteraan Pendidik PAUD
Jumlah dana insentif bagi pendidik PAUD , KB, TPA dan SPS sesuai ketentuan yang berlaku.
Jumlah dana insentif paud Rp. 160.000- (Seratus enan puluh ribu rupiah ) per orang per bulan, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku.
Kriteria Penerima
  • Penerima  dana bantuan  Kesejahteraan  Guru KB/TPA/SPS  harus  memiliki NUPTK, bagi yang belum memiliki NUPTK wajib mengisi borang  (formulir)  NUPTK dan  dilampirkan surat keterangan dari Dinas  Pendidikan Kab / Kota  bahwa yang bersangkutan  dalamproses pengajuan diri  untuk memperoleh NUPTK.
  • Telah  melaksanakan tugas sebagai  Guru KB/SPS/TPA  minimal  satu tahun secara  terus menerus.
  • Melampirkan  foto copy Surat keterangan domisili yang masih berlaku.
  • Pemberian  dana bantuan  diutamakan  bagi pendidik yang memiliki  jumlah peserta didik  minimal  10  orang., dengan melampirkan jumlah peserta didik dari pimpinan lembaga.
Tunjangan Khusus
Jumlah dana tunjangan khusus bagi guru PNS dan non PNS yang telah di inpassing adalah setara 1 (satu) kali gaji pokok, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku. Jumlah dana tunjangan khusus bagi guru bukan PNS yang belum di inpassing adalah sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) per orang per bulan, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku.
Kriteria Penerima
  • Guru yang ditugaskan pada satuan pendidikan di daerah khusus oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
  • Guru yang bertugas pada satuan pendidikan di daerah khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat dan yang mendapatkan persetujuan dalam bentuk Keputusan dari Pemerintah Daerah.
  • Guru penerima tunjangan khusus sesuai dengan data penerima tunjangan khusus tahun 2011 yang masih memenuhi kriteria yang ditetapkan
  • Memenuhi beban kerja guru 24 jam tatap muka per minggu atau yang diekuivalensikan dengan 24 jam tatap muka yang dibuktikan dengan SK/Surat  Penugasan dari kepala sekolah dan disahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
Tunjangan Fungsional
Besaran STF sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) per orang per bulan, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku.
Kriteria Penerima
  • Guru bukan pegawai negeri sipil (GBPNS) pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah yang dibuktikan dengan Surat Keputusan yang diterbitkan oleh penyelenggara pendidikan.
  • Memiliki masa kerja sebagai guru secara terus menerus sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun  dengan ketentuan, terhitung mulai tanggal (TMT) 1  Januari 2006 secara terus menerus bagi GBPNS yang  bertugas di sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat, dibuktikan dengan surat keputusan  pengangkatan pertama sebagai guru.
  • Memenuhi kewajiban melaksanakan tugas minimal  24 jam tatap muka per minggu yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Pembagian Tugas Mengajar oleh Kepala Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau ekuivalen dengan 24 jam tatap muka per minggu setelah mendapat persetujuan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
Tunjangan Kualifikasi
Besaran bantuan biaya sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) per orang per tahun.
Kriteria Penerima
  • Guru TK/TKLB PNS atau non PNS yang mengajar pada satuan pendidikan binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
  • Mempunyai Nomor Unik Pendidik dan Tenaga  kependidikan (NUPTK)
  • Terdaftar dan aktif mengikuti kuliah yang relevan dengan mata pelajaran yang diampu pada program studi yang terakreditasi dari Badan Akreditasi  Nasional Perguruan Tinggi,
  • Guru TK/TKLB yang diterima sebagai peserta  Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan (Program SKGJ);
  • Keterangan sehat yang dibuktikan dengan surat  keterangan dokter.
  • Belum memiliki ijazah S-1/D-IV
  • Tidak sedang menjalani hukuman, baik hukuman disiplin kepegawaian maupun hukuman pidana/perdata
Tunjangan Profesi (Dekon)
Jumlah yang dibayar adalah Besaran tunjangan profesi bagi guru PNS adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok per bulan sesuai dengan PP 11 Tahun 2011 dan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Kriteria Penerima
  • Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang  telah diberi satu nomor regristasi guru oleh  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  • Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP)  yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan  Kebudayaan
  • Memenuhi kewajiban melaksanakan tugas paling   sedikit 24 jam tatap muka per minggu bagi guru   sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya  atau ekuivalen dengan 24 jam tatap muka per minggu  setelah mendapat persetujuan dari Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan
Tunjangan Profesi (Transfer Daerah)
Jumlah yang dibayar Setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok sesuai peraturan perundang-undangan bagi guru PNS DAERAH yang memiliki sertifikat pendidik.
Kriteria Penerima
  • Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu nomor regristasi guru oleh  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 
  • Memenuhi kewajiban melaksanakan tugas paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu bagi guru
  • Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan  Kebudayaan.
Terima Kasih !!!
Kasi PTK-PNF
Ibrahim, SH. MM.
»»  READMORE...

Senin, 16 April 2012

Visi, Misi dan Tujuan PKBM “Guguak”

Visi
“Terwujudnya potensi sumber daya manusia Kecamatan Guguak, agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.”
Misi
  1. Mambangkik Batang Tarondom
  2. Perubahan untuk maju bersama masyarakat nagari
  3. Membangun struktur pendidikan non formal yang tangguh berkesinambungan
  4. Mengembangkan dan memfasilitasi usaha-usaha pembelajaran, Pertanian/peternakan
  5. Pemberdayaan masyarakat Kecamatan Guguak secara Dinamis sesuai dengan kebutuhan.
  6. Memobilisasi Sumber daya dan partisipasi masyarakat Kecamatan Guguak dalam upaya mendukung penyelenggaraan program pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat.
Tujuan
  • Tujuan Umum
Membantu pemerintah menyiapkan generasi masa depan sejak dini yang berkualitas untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, yaitu meningkatkan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dan meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan keimanan dan ketakwaan, akhlakul karimah serta seluruh aspek kepribadian yang diperlukan oleh warga.
  • Tujuan Khusus
Meletakkan dasar empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together yang dilaksanakan melalui pendekatan learning by playing, belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta menumbuh kembangkan keterampilan hidup (life skills) sejak dini.
»»  READMORE...

Minggu, 15 April 2012

8 Jenis Kecerdasan pada Manusia

Menurut Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika, terdapat 8 jenis kecerdasan pada manusia, yaitu:
1. KECERDASAN LINGUISTIK
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. KECERDASAN LOGIK MATEMATIK
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. KECERDASAN VISUAL DAN SPASIAL
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4. KECERDASAN MUSIK
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
5. KECERDASAN INTERPERSONAL
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. KECERDASAN INTRAPERSONAL
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.
7. KECERDASAN KINESTETIK
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
8. KECERDASAN NATURALIS
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
Apakah pemerintah memikirkan sampai sejauh ini? Menurut saya dan saran saya, pemerintah harus bisa memperhatikan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh anak Indonesia. Mungkin dengan penggalian kecerdasan, Indonesia bisa lebih maju dari negara-negara yang berkembang. Bisa saja, Indonesia akan memiliki Mozart atau Beethoven-nya sendiri yg bisa menciptakan lagu-lagu fenomenal. Bisa saja Indonesia memiliki Einsteinnya sendiri. Who Knows? Only God Knows!. Ada kalanya, pemerintah harus bisa berpikir tenang dan berpikir juga dari berbagai arah, dari berbagai sisi kehidupan.
»»  READMORE...

Jumat, 13 April 2012

Kurikulum TK Revisi KTSP (Bagian I)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    RASIONAL/ LATAR BELAKANG

 Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas untuk melakukan perubahan tingkah laku terjadi karena adanya usaha individu yang bersangkutan baik yang mencakup ranah-ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik (Blook, 1974).
Taman kanak-kanak membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk pertumbuhannya dan perkembangan selanjutnya.
(Papilo dkk,2004) mengatakan kebutuhan perkembangan dasar tertentu harus dipenuhi dan tugas-tugas perkembangan tertentu harus dikuasai setiap periode untuk terjadinya perkembangan yang normal.
Peter kline dalam Gordond (1909; 22) mengatakan belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Fungsi pendidikan di Taman kanak-kanak adalah sebagai fungsi adaptasi ,fungsi pengembangan dan fungsi bermain ( Bernard Van Lee Foundation, 2002 : 13-15)
Berdasarkan degan fungsi pengembangan, peranan pendidikan anak usia prasekolah adalah dalam rangka mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsure potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuh kembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaa bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan di atas di taman kanak-kanak menganut prinsip bermain sambil bermain ini akan membuat anak terlibat dalam satu aktivitas langsung yang bersifat menyenangkan.  Melalui aktifitas bermain berbagai pekerjaan dapat diwujudkan oleh anak karena bermain merupakan suatu kebutuhan bagi diri anak pad ataman kanak-kanak.
Para  pakar pendidikan telah banyak meneliti pentingnya pembelajaran melalui kegiatan bermain seperti yang telah di kemukakan oleh Montessori dalam Zulkifli (1086 : 40 ) bahwa permainan merupakan latihan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan kehidupan masa dating, latihan-latihan itu berupa fungsi motorik kasar dan halus yang menimbulkanrasa senang dalam suasana bermain yang membantu dan mendorong timbulnya kekuatan bathin bagi diri anak. Menurut Patmonodewo (1995 : 112) menyatakan pengembangan aktifitas bermain merupakan jalan untuk mengungkapkan hasil pemekaran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya, bermain akan membentuk anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan betapa pentingnya permainan dalam pembelajaran, ketika bermain akan terjadi ransangan  yang menyenangkan  yang membuat anak mampu memahami konsep-konsep dan pengertian alamiah dan memberikan kesempatan pada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang bereksplorasi, mempraktekan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terkira banyaknya.
Lingkungan pendidikan usia Taman kanak-kanak mentransferkan keadaan lingkungan, keluarga dalam bentuk sekolah, sifat-sifat informal dalam bentuk permainan dirumah di kemas oleh guru TK menjadi metode dalam melakukan pendidikan di Taman kanak-kanak dengan tujuan agar anak siap untuk masuk kesekolah dasar.

B.     TUJUAN PENGEMBANGAN KTSP
Tujuan pengembangan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) untuk memberikan acuan kepada sekolah, guru dan tenaga pendidik lainyan yang ada di sekolah dalam mengembangkan program-program yang dilaksanakan.
Verivikasi dari satuan pendidikan harus memiliki variasi sesuai dengan kebutuhan dalam satuan pendidikan yang mana pelayanan terhadap peserta didik harus memiliki pemerataan dan keadilan, yang mana tidak pernah membedakan status peserta didik.
Di samping itu KTSP disusun antara lain memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Belajar untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Belajar untuk memahami dan dan menghayati
3.      Belajar untuk mampu berbuat dan melaklsanakan secara efektif
4.      Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain
5.      Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
6.      Belajar untuk mengetahui pendidikan dalam era globalisasi.
Dalam pengembangan KTSP juga kita mengacu pada prinsip-prinsip yang akan mendukung kurikulum tersebut :
a.       Berpusat Pada Potensi, Perkembangan,
 kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum di kembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi serta untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif dan mandiri menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan peserta didik di sesuaikan dengan potensi,perkembangan, kebutuhan dan kompetensi peserta didik serta tuntutan lingkungan.Memiliki posisi serta hal ini di maksudkan pendidikan berpusat pada pesrta didik.

b.      Beragam dan Terpadu
Kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan derkriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial dan ekonomi serta jender.Kurikulum meliputi subtansi komponen muatan muatan waj9ib kurikulum,muatan local dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna serta tepat atau substansi.
c.       Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan teknologi dan senii yang berkembang secara dinamis. Oleh sebab itu semangat isi dan muatan kurikulum memberikan pengalaman peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d.      Relevan Dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dikembangkan dengan me,ibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menjadi relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e.       Menyeluruh dan Berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran (bidang pengembangan) yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f.       Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlansung sepanjang hayat.Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsure-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g.      Seimbang Antara Kepentingan Nasional Dengan Kepentingan Daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling isi mengisi dan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indinesia.


h.      Pengertian Istilah
1.      Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2.      Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkatan satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkatan satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.
3.      Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran suatu kelompok mata pelajaran (bidang pengembangan) tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi dan silabus.
4.      Rencana Pelaksanaan pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

C.    PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Dalam melaksnakan pembelajran di TK perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Bermain Sambil Belajar dan Belajar Seraya Bermain

Dunia anak-anak adalah dunia bermain.Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulu8m. Melalui bermain anak memperolah dan memproses informasi belajar hal-hal baru dan melatih melalui keterampilan yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak dimulai dari bermain sambil belajar (unsure bermain ). Permainan yang digunakan di TK adalah permainan yang meransang kretivitas anak dan menyenangkan.

2.      Pembelajaran Berorientasi pada Perkembangan Anak

Anak TK memiliki karakteristik perkembangan fisik dan psikologis yang khas. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan pembelajara yang sesuai dengan karakteristik anak.
3.      Pembelajaran Beoriantasi Pada Kebutuhan Anak

Pembelajaran di TK hendaknya berorientasi pada kebutuhan anak. Anak membutuhkan stimulasiuntuk membantu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis secara optimal. Oleh sebab itu, pembelajarandi TK dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4.      Pembelajaran Berpusat Pada Anak
Pembelajaran di TK hendaknya menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajaran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran yang berpusat pada anak, anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif melekukan atau mengalami sendiri,guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
5.      Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Tematik

Pembelajaran di TK menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak, menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan kata anak, dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.Tema dipilih berdasarkanprinsip pendekatan,kesederhanaan,kemenarikan dan keinsidentalan.Apabila guru mengalami kesulitan dalam menghubungkan indicator dengan tema, maka yang diutamakan adalah indicator yang dicapai, bukan tema.

6.      Kegiatan pembelajaran yang PAKEM (Pembelajarn Aktif, Kreatif, Efektif,dan Menyenangkan)

Pembelajaran di TK hendaknya aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu menciptakan kegiatan-kegiatan yang menarik, yang membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, kreatif, dalam suasana yang menyenangkan.

7.      Pembelajaran Mengembangkan Kecakapan Hidup

Pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan kecakapan hidup dilakukan secara terpadu, baik melalui pembiasaan maupun pengembangan kemampuan dasar. Misalnya : mengosok gigi, kecakapan memotong buah,membuang sampah di tempatnya, membersihkan lantai dengan anak lain yang berguna untuk kelansunggan hidup anak.
8.      Pembelajaran Didukung oleh Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan pembelajaran harus diciptakans edemikian rupa agar menarik dan menyenangkan anak. Lingkungan TK ditata dengan memperhatikan keamanan dan kenyaman anak dalam bermain. Penataan ruangan kelas disusuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain agar dapat berinteraksi secara optimal dengan guru dan anak lain. Pembelajaran hendaknya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya.

9.      Pembelajaran yang Demokratis

Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya interaksi yang optimal antara guru dengan anak didik dan antara antara dengan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru dan anak-anak sama-sama berkepentingan untuk menciptakan suasana belajar yang akomodatif dan terbuka. Anak menjadi subjek pembelajaran.Oleh sebab itu, guru hendaknya selalu member kesempatan kepada anak untuk aktif memberikan reaksi, dan member tanggapan tampa merasa takut memberikan reaksi, dan member tanggapan tampa merasa takut.

10.  Pembelajaran yang Bermakna

Pembelajaran yang bermakna merupakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan membawa pengaruh perubahan terhadap tingkah laku anak didik dalam mencapai kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan. Perubahan tingkah laku dimaksudkan berupa hasil belajar yang mencakup ranah-ranah afektif, kognitif dan psikomotorik, dimana dengan keterlibatan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran,anak didik menyedari dan merasakan adanya perubahan dalam dirinya,serta anak memperoleh pengalaman baru yang bermanfaat bagi kehidupan .Sehubungan dengan itu maka guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran hendaknya mampu mengembangkan pola interksi antara berbagai pihak yang terlibat di dalamnya,. Guru harus Pandai memotivasi anak didik sehingga secara mental anak didik terbuka, kretif, responsive, dan interaktif dalam [proses pembelajaran.
     
D.    TUJUAN PENDIDIKAN

1.      Tujuan Pendidikan Nasional
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuynya yaitu manusia yang beriman dan bertakwaada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesejahteraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tangguang jawab kebangsaan dan kemasyarakatan.

2.      Tujuan Pendidikan TK
Tujuan pendidikan TK adalah membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik fisik yang meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial emosional bahasa, kognitif, fisik, motorik dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
3.      Tujuan Pendidikan TK AL HIDAYAH Padang Kandih
a.       Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa berbudi lihur serta bertanggung jawab
b.      Mewujudkan pendidikan yang berkualitas melalui propesionalisme guru
c.       Mengembangkan semua kemampuan dasar yang ada pada diri anak sesuai dengan usia perkembangannya
d.      Mempersiapkan peserta didik melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggio.

E.     VISI MISI
Visi
Mewujudkan anak didik yang berpendidikan baik siap ke sekolah dasar, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Misi
-          Melaksanakan proses belajar mengajar secara teratur
-          Mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya
-          Mengembangkan kemampuan anak didik dengan alam sekitarnya
-          Mengamalkan peraturan disiplin pada anak
-          Mengadakan pembiasaan yang baik dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan tuntutan di lingkungan masyarakat.

F.     DASAR HUKUM

1.      Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional
2.      Peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3.      Peraturan Pemerintah no 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan Penyelengaraan Pendidikan
4.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi
5.      Peraturan Menteri no 24 tahun2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 dan 23
6.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 16 tahun 2007 tentang Standar kwalifikasi Akademik dan Kompetensi guru
7.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permen no 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan PeraturanMenteri Pendidikan Nasinal no 22 da 23.
8.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no 58 tahun 2009 tentang Stadar Pendidikan Anak Usia Dini.

»»  READMORE...

Skripsi PAUD

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa sehingga kita tidak tertinggal dari bangsa maju lainnya. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dalam sistim pendidikan nasional yang merupakan bagian dari pendidikan anak usia dini.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Pendidikan TK merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut maka diperlukan media pembelajaran yang berbentuk alat permainan karena prinsip belajar di TK adalah bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Dengan kegiatan bermain anak dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.

1
 
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung dijalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/ rangsangan yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia dapati sesuai dengan minat, perkembangan, kebutuhan dan kemampuan.
Usia TK merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan permen angka. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitf saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial, dan ekonomi, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, berfariasi dan menyenangkan.   
Pendidikan TK yang baik tentunya dalam menjalani  program-program kegiatan pembelajaran haruslah memperhatikan faktor bawaan dan faktor lingkungan fisik, sehingga pengembangan potensi anak dapat menstimulasi secara maksimal. Di TK yang berpusat pada anak, pendidikan diharapkan melaksanakan program kegiatan pembelajaran yang menunjang aspek-aspek perkembangan anak. Oleh karena itu lingkungan (termasuk didalamnya orang tua dan guru) sangat memegang peranan penting dalam hal ini. Lingkungan harus dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat memekarkan potensi yang ada pada anak. Potensi-potensi  yang ada pada anak merupakan : Aspek kognitif, adalah bagaimana cara anak bertingkah laku yaitu cepat lambatnya anak memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Melalui permainan ini akan berkembang kognitif anak karena permainan ini mengembangkan pengenalan konsep angka.  Aspek bahasa,dalam permainan ini perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan antara lain: pendengaran, berbicara, mengarahkan pikiran, ingatan, sehingga kemampuan berfikir anak semakin meningkat.. Aspek sosial, perkembangan sosial anak akan kelihatan dalam menggunakan alat permainan secara bergantian, dan sabar menunggu giliran. Aspek emosi,emosi anak akan berkembang dengan memakai alat, dan dengan permainan ini melepaskan ketegangan yang dialami anak dan dapat memenuhi kebutuhan dan dorongan dari dalam diri yang tidak terlepaskan. Aspek motorik,perkembangan motorik dapat berkembang dengan cara sebagai berikut: motorik halus anak dapat dikembangkan melalui mengambil bentuk angka dan memasangkan dengan jumlah bilangan.
Permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep-konsep bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk pendidikan dasar. Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di TK dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep-konsep, transisi dan lambang yang terdapat disemua jalur matematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri dan statistika.
Kegiatan pembelajaran di TK dirancang mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran baik terkait dengan bahan atau materi, pengalaman belajar, tempat dan waktu belajar, alat sumber belajar, bentuk pengorganisasian kelas dan cara penilaian. Dalam kegiatan pembelajaran guru perlu memberikan motivasi, dorongan kepada peserta didik untuk mengungkapkan kemampuan dalam membangun gagasan pada waktu memberikan pembelajaran pada anak.
Selama ini peneliti sebagai pendidik di TK telah mencoba memberikan suatu pembelajaran kepada anak dengan menggunakan media serta alat yang terbatas atau yang kurang menarik bagi anak. Sehingga yang terjadi dikelas anak hanya banyak melakukan kegiatan yang disuruh guru, seperti meniru konsep angka, lambang bilangan, bentuk, banyak, sedikit dan jenis yang ada di papan tulis atau menyelesaikan tugas yang ada di majalah. Pembelajaran yang diberikan tidak bermakna bagi anak sehingga menimbulkan permasalahan dimana anak tidak memahami konsep angka, lambang bilangan, banyak sedikit, sebab akibat, bentuk, warna dan jenis. Anak juga cepat bosan serta tidak berminat untuk mengikuti proses pembelajaran mengenal angka.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas yakni anak sulit mengenal angka dan menghubungkan antara jumlah dengan lambang bilangan dan memahami konsep-konsep tentang warna dan jenis. Pada hal semua anak sebenarnya mengerti dan memahaminya, sebab semua ini telah dikenal oleh anak yang telah diperkenalkan oleh guru waktu kegiatan pembelajaran yang berlangsung atau diberikan.
Peneliti melihat permasalahan ini disebabkan beberapa faktor yaitu: alat  yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran tidak menarik minat anak, media yang tersedia sangat sedikit, metode dan strategi guru tidak bervariasi dalam proses pembelajaran,  serta kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran pengenalan konsep angka kurang.
Upaya mengatasi permasalahan ini peneliti mencoba melakukan tindakan untuk Peningkatn pengenalan konsep angka anak melalui suatu kegiatan dengan judul “ Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka di TK Al-Hidayah Padang Kandih Kabupaten Lima Puluh Kota”

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:
1.      Anak sulit mengenal dan memahami tentang konsep angka.
2.      Anak sulit menghubungkan antara lambang bilangan dengan jumlah bilangan.   
3.      Media yang digunakan guru kurang bervariasi dalam meningkatkan pengenalan konsep angka.
4.      Peserta didik kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran yang mengembangkan pengenalan konsep angka
5.      Kurangnya kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran  pengenalan konsep angka.
6.      Metode yang digunakan guru kurang dapat memotivasi anak dalam kegiatan penbelajaran.

C.    Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti membatasi permasalahan yang diteliti  yaitu:
1.      Peserta didik kurang tertarik dalam proses pembelajaran dalam mengembangkan pengenalan  konsep angka.
2.      Anak mengalami kesulitan dalam menghubungkan lambang bilangan dengan jumlah bilangan.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, terlihat bahwa  berapa pentingnya pengembangan kognitif melalui permainan angka pada anak TK, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan permainan  permen angka dapat meningkatkan pengenalan konsep angka pada anak TK Al-Hidayah Padang Kandih?
 E.     Rancangan Pemecahan Masalah
Berdasarkan  permasalahan yang ditemukan sesuai dengan batasan masalah, maka rancangan pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah dengan kegiatan permainan permen angka untuk peningkatan kemampuan pengenalan konsep angka pada anak
F.     Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah:
1.      Peningkatan kemampuan pengenalan konsep angka anak  melalui permainan  permen angka  di TK Al- Hidayah Padang Kandih.
2.      Untuk meningkatkan pengembangan kognitif anak.
 G.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.      Anak
a.       Anak lebih aktif dalam permainan  permen angka  TK Al-Hidayah Padang Kandih.
b.      Memberikan bekal dasar yang kuat dalam mengembangkan konsep mengenal angka melalui permainan   permen angka.
2.      Guru
a.       Dapat memperbaiki proses pembelajaran melalui permainan  permen angka unrtuk meningkatkan konsep mengenal angka pada anak.
b.      Menambah dan meningkatkan pengalaman  dan pemahaman guru melalui permainan  permen angka  pada pengembangan konsep mengenal angka pada anak.
3.      Sekolah
Dapat meningkatkan mutu sekolah dan memberi bekal untuk anak didiknya.
H.Defenisi Operasional
          1.Pengenalan Konsep Angka
Konsep angka adalah proses yang berjalan perlahan-lahan. Anak mengenal prinsip dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pemikiran mereka. Angka melibatkan tentang pemikiran berapa jumlahnya atau berapa banyak. “termasuk berhitung, menjumlahkan misalnya: satu ditambah satu, yang terpenting adalah mengerti tentang konsep angka”
          2. Permainan  Permen Angka
Angka adalah tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan: nialai (kepandaian, prestasi, dan sebagainya)
Permen adalah gual-gula yang diberi campuran minyak yang rangsang bau dan rasanya.
Jadi permen angka adalah suatu bungkusan permen yang didalamnya terdapat angka-angka yang mempunyai suatu makna.
 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.    Hakikat Perkembangan AUD
Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembar siam. Setiap anak  terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat dan minat sendiri. Ada anak  yang berbakat menyanyi, ada pula yang berbakat menari, matematika, bahasa, dan adapula yang berbakat olah raga. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas, ada yang biasa saja, dan ada yang kurang cerdas.
Ada beberapa kajian yang dapat dicermati tentang hakikat anak usia dini diantaranya yang dikemukakan oleh Brennder dalam (Masitoh 2008.14) sebagai berikut:
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan prilakunya secara relatif spontan.
3. Anak bersifat aktif dan energik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak   hal
6. Anak berjiwa petualang.                                            
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi




2.      Pengembangan  Kognitif
a.    Pengertian Kognitif
Kognitif adalah proses berfikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Kognitif berhubungan dengan intelegensi. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi  atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku.
Cattel dan Horn ( dalam Sujiono 2006:1.6) menyimpulkan bahwa hubungan intelegensi itu meliputi kemampuan umum yang memegang tudas-tugas kognitif dan sejumlah kemampuan khusus seperti pemecahan persoalan, mempertimbangkan persoalan (probu 1999)
b.  Pengembangan Kognitif
Individu berfikir menggunakan fikirannya. Kemampuan ini yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi. Melalui kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh seorang anak maka kita dapat mengatakan  apakah seorang anak itu pandai atau bodoh, pandai sekali (genius) atau bodoh (dungu atau idiot)
Pada hakikatnya intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Menurut Witherington (dalam Sujiono 2006:1.16) mengemukakan bahwa kognitif adalah pikiran, kognitif (kecerdasan pikiran) melaui pikiran dapat digunakan dengan cepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah. Sedangkan perkembangan kognitif (perkembangan mental) adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak.
c.   Pentingnya perkembangan kognitif
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan kehidupannya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada didunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Berdasarkan pendapat Piaget pentingnya guru mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagai berikut:
1)   Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.
2)   Anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian  yang pernah dialaminya.
3)   Agar anak mampu mengembangkan pemikirannya dalam rangka mengembangkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4)   Agar anak memahami berbagai simbol yang tersebar didunia sekitarnya.
5)   Agar anak mampu melakukan penalaran baik yang terjadi secara melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan)
6)   Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.
d.   Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:
1)   Faktor hareditas / keturunan.
2) Faktor lingkungan.
                3)  Kematangan
4) Pembentukan.
5) Minat dan bakat.
3.      Pengertian konsep angka
Angka adalah proses yang berjalan perlahan-lahan. Anak mengenal prinsip dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pemikiran mereka. Angka melibatkan tentang pemikiran berapa jumlahnya atau berapa banyak. “termasuk berhitung, menjumlahkan misalnya: satu ditambah satu, yang terpenting adalah mengerti tentang komsep angka”
Menurut Paimin (dalam Sujiono 2005:11.3) menyatakan konsep matematika moderen ini adalah tidak hanya pada konsop bilangan tetapi lebih berkaitan dengan konsep-konsep abstrak dimana suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis dengan menggunakan pembuktian. Matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungannya memerlukan symbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan melalui operasi yang ditetapkan.
Berhubungan dengan permainan matematika di TK adalah kegiatan belajar konsep matematika, melalui aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari  yang bersifat alamiah.
Sedangkan menurut Sumantri (dalam Sujiono 2005:11.2) matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkainan makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
Membedakan angka dengan menunjukkan angka atas nomor adalah dengan symbol atau lambing. Misalnya: 5 sebuah angka paham apa arti 5. sesungguhnya anak belajar menunjukkan angka dengan tiga cara menyebut empat belajar dengan lambang 4 dan belajar menulis tulisan empat, anak memerlukan belajar lambing angka tetapi anak dapat menulis atau mengenali angka 4 dimana tidak terpenting memahami angka dan huruf yang sesungguhnya. Berhubungan dengan penelitian untuk itu peneliti harus menanamkan terlebih duku tentang konsep mengenal angka kepada anak.
4.    Bermain
a.    Pengertian Bermain
Montolulu, (2007:1.18) Bermain merupakan suatu salauran keluar bagi ungkapan perasaan-perasaan negative, permusuhan dan penyerangan (Anggression), misalnya tanah liat atau plastisin dapat dipukul-pukul atau ditumbuk-tumbuk, bola dapat ditendang dan dilempar-lempar ketembok. Anak dengan bebas mengeluarkan aneka ragam perasaan emosinya dengan main sepuasnya sampai letih dan melepaskan kategangan yang dirasakan. Anak membutuhkan pengalaman-pengalaman yang akan membantu perkembangan emosinya kearah keseimbangan dan kematangan emosi.
b.    Menurut   Mayesti  ( dalam   Sujiono  2009:144)  mengatakan  bermain
adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan.
c.  Manfaat Bermain Bagi Anak
Menurut Montolalu (2005 : 1.15) bermain bagi anak mempunyai arti yang sangat penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan, kreatifitas, dan imajinasinya. Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik, bergaul dengan teman sebaya, membina sikap hidup positif, menyumbangkan peran sesuai jenis kelamin, menambah perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan.Jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif,sosial, emosional dan moral bermain  juga mempunyai manfaat besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan.
          Nakita (dalam Tanjung, 2005:55) merinci beberapa manfaat bermain meliputi 3 ranah yaitu:
a)    Fisik Motorik ; anak akan terlatih motorik kasar dan halusnya.
b)   Sosial Emosional; anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun-tahun pertama kehidupan, orang  tua  merupa kan  teman  bermain yang utama bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang ada kelekatan dengan orang tua,
c)     Kognitif; anak belajar mengenal atau mempnyai pengalaman kasar, halus, rasa asam dan asin.Ia pun belajar pengenalan konsep angka.
Bermain merupakan kesempatan kepada anak-anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan merasakan objek-objek dan tantangan untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, selain itu juga untuk menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif
Berdasarkan uraian diatas  peneliti dapat menyimpulkan bahwa       manfaat bermain sangat besar bagi anak, dimana dengan bermain merupakan suatu pemenuhan kebutuhan anak, selain itu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, serta melalui bermain pula anak dapat membangun sendiri pengetahuannya.     
 Anak  memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan dirinya melalui bermain. Hasil penelitian yang telah dilakukan para ilmuan menyatakan bahwa bermain  bagi anak-anak mempunyai arti yang sangat penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan, kreativitas dan  imajinasinya. Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatakegiatan fisik, belajar bergaul dengan teman-teman sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai jenis kelamin, menumbuhkan perbendahaaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan. Selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan.
d.      Tujuan Bermain
Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memlihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa, bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seorang anak.
e.       Pemilihan Alat Peraga / Bermain
Anak didik bermain sambil belajar. Ketika bermain mereka mengekspresikan diri secara bebas tanpa merasakan adanya paksaan. Mayke (1995) menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang menemukan sendiri tentang berbagai macam hal, bereksplorasi, memperhatikan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian tentang berbagai macam hal. Disinilah proses pembelajaran terjadi. Mereka mengambil keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas, bekerjasama dengan teman dan mengalami berbagai masam perasaan.
Alat peraga / bermain yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di TK, hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1)      Alat peraga/bermain sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya.
2)      Alat peraga/bermain dapat memberikan pengertian atau menjelaskan suatu konsep tertentu.
3)      Alat peraga/bermain dapat mendorong kreativitas anak serta memberi kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
4)      Alat peraga/bermain harus memenuhi unsure kebenaran ukuran, ketelitian dan kejelasan.
5)      Alat peraga/bermain tidak membahayakan anak, harus aman.
6)      Alat peraga/bermain hendaknya menarik, menyenagkan dan tidak membosankan.
7)      Alat peraga/bermain hendaknya memenuhi unsur keindahan dalam bentuk ataupun warna/ kombinasi warnanya, serta rapii dalam pembuatannya.
8)      Alat peraga/ bermain harus dapat digunakan baik oleh guru, maupun anak.
f.    Peran guru dalam kegiatan bermain
Montolalu (2005:25-26) guru mempunyai peran yang cukup besar terhadap kegiatan bermain anak.Peran tersebut dapat dilihat dari kegiatan berikut:
1. Guru sebagai pengamat dalam bermain, dimana yang diamati guru dalam bermain itu adalah:
a) Mengamati cara memainkan alat bermain atau mainan.
b) Mengamati sikap anak waktu bermain,aktif atau diam saja.
c) Bermain ikut-ikutan teman atau mengatur/memerintah teman.
d) Mengamati berapa waktu yang digunakan dalam satu jenis kegiatan bermain.
e) Mengamati jenis bermain yang sering dipilih atau yang lebih diminati anak.
f) Mengamati anak bermain sendiri atau bersama teman.
g) Melihat dan mengamati mana anak yang mandiri melakukan kegiatan bermain atau tidak.
        Dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai pengamat dalam bermain sangat  penting karena dengan mengamati guru dapat mengetahui cara memainkan alat bermain, sikap perilaku anak, dan mengetahui tingkat perkembangan anak.
5.    Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka
Menurut Anwar (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,2001:12) menyatakan bahwa angka: tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan: nilai (kepandaian, prestasi, dan sebagainya)
Menurut Anwar (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,2001 :322) menyatakan bahwa permen: gula-gula yang diberi campuran minyak yang rangsang bau dan rasanya.
Jadi permen angka adalah suatu bungkusan permen yang didalamnya terdapat angka-angka yang mempunyai suatu makna. Permainan pengenalan konsep permen angka yaitu suatu alat permainan yang dirancang dengan bentuk permen atau gula-gula yang didalamnya terdapat angka-angka yang mempunyai suatu makna. Permainan pengenalan konsep angka melalui permainan permen angka, anak dapat berlatih untuk bekerjasama dengan anak lain dan dapat merasakan kebersamaan sehingga anak akan terbiasa untuk hidup saling tolong menolong. Dan dengan bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain. Permainan ini juga dapat dimainkan perorangan.Pada penelitian ini yang cocok bagi anak adalah mengenal bilangan melalui permainan permen angka, disini  anak akan dapat mengenal  bilangan dan lambang bilangan. Untuk lebih jelasnya inilah bentuk permen angka yang dipakai.
   
 
            Cara permainan permen angka adalah guru memperkenalkan permen angka kepada anak dan menjelaskan bagaimana cara memainkannya. Setelah itu guru menyuruh anak mengambil permen angka yang ada dalam botol, kemudian membukanya, angka berapa yang didapat anak dan mencocokkannya dengan permen yang didalam botol seperti pada gambar di atas. Begitu selanjutnya sampai semua anak mendapat giliran.

B.     Penelitian Yang Relevan
Andriyani (2009) pembelajaran matematika dengan menggunakan media dadu untuk mengembangkan kemampuan bilangan anak di TK Bunda Balita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media dadu untuk mengembangkan konsep bilangan di TK Bunda Balita, menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi: Tujuan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan konsep bilangan dengan memanipulasi mata dadu secara langsung. Proses pembelajaran dengan menggunakan media dadu di TK Bunda Balita secara umum memberikan kesempatan kepada anak menggunakan satu buah dadu, dengan melemparkannya dan melihat jumlah mata dadu yang keluar untuk mengenal bilangan 1 – 6 secara berulang. Hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu di TK Bunda Balita menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan bilangan anak berkembang.
            Yanti (2011) upaya peningkatan kemampuan kognitif anak melalui puzel geometri di TK Perword Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak dalam permainan melalui puwel geometri setelah siklus II pada aspek pertama. Kemampuan anak mengenal bentu-bentuk geometri anak yang mampu berjumlah 16 orang dengan persentase 84%, anak yang berkembang berjumlah 1 orang dengan persentase 15%. Pada aspek-aspek mengenal bentuk dan menyebutkan geometri anak yang mampu berjumlah 16 orang dengan persentase 84%, anak yang berkembang berjumlah 2 orang dengan persentase 11% dan anak yang perlu bimbingan berjumlah 1 orang dengan persentase 5%.
Hasil penelitian peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan puzel geometri di TK Perword Padang diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam kajian penelitian ini.

C.    Kerangka Konseptual
Di TK Al-Hidayah Padang Kandih kemampuam dalam mengenal angka anak sangat rendah, ini disebabkan kurangnya alat permainan yang menarik minat anak, maka dari itu peneliti merancang suatu alat permainan yang dapat memotivasi dan meningkatkan minat anak dalam belajar pengenalan angka. Adapun permainan yang penulis rancang adalah permainan melalui permen angka  ini terdiri dari angka yang dibungkus seperti permen. Peneliti berharap dengan permainan ini kemampuan pengenalan angka anak dapat meningkat.
 
Bagan I
Kerangka Konseptual


 
























D.    Hipotesis Tindakan
Kegiatan permainan angka permen dengan pengenalan angka, warna dan bentuk dapat  meningkatkan kemampuan mengenal angka.

 
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN

A.    Jenis  Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yaitu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu pembelajaran dan mencoba hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Menurut Depdiknas (2003:9) menyatakan bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, refleksi terhadap berbagai aksi atau tindakana yang dilakukan oleh guru/ perilaku mulai dari perencanaan  sampai dengan penelitian terhadap tindakan nyata didlam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Penelitian tindakan kelas juga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu praktek pembelajaran yang dilakukan guru dengan tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru dapat melaksnakan kegiatan ini setelah penelitian kegiatan-kegiatan sendiri, dikelasnya sendiri dengan melibatkan anak didiknya, melalui tindakan yang direncnakan, dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakkan dalam kegiatan belajar mengajar.





24
 
 
B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B di TK Al-Hidayah Padang Kandih Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah murid 16 orang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

C.    Prosedur Penelitian
Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas, penelitian itu mengacu kepada model Kurt Cewin (Depdiknas 2003:16). Komponen dalam penelitian ini adalah: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action),  Pengamatan (Observasi) dan Perenungan (Refleksi)

Model penelitian  dalam Arikunto 2006:16 adalah sebagai berikut:


 








Refleksi
 
                                                                       


 




                                                                                        
   1. Kondisi awal
Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan di kelas B peneliti  pada kegiatan awal melakukan orientasi dan observasi sebagai dasar untuk menentukan fokus penelitian selama pelaksanaan dilapangan peneliti bekerja sama dengan pengawas yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian terhadap aktivitas guru dan anak selama pembelajaran berlangsung.
   Waktu penelitian berlangsung peneliti datang kesekolah pada pagi hari, dimana sekolah tempat peneliti bertugas yang mana sekolahnya berada di daerah terpencil. Dimana pagi itu anak-anak sudah mulai berdatangan. Sebelum pembelajaran dimulai maka peneliti membunyikan lonceng, anak disuruh untuk berbaris di halaman sekolah, dimana anak dan guru membaca ikrar, rukun iman, rukun islam dan pancasila secara bersama. Setelah melakukan kegiatan tersebut maka guru dan anak-anak bernyanyi bersama, dan guru menanyakan hari apa sekarang dan melakukan kegiatan jasmani. Setelah kegiatan selesai maka guru dan anak masuk ke kelas.
         2.  Siklus I
                                                                                                                                                          
                a. Perencanaan tindakan

1)   Menyusun rencana pembelajaran berupa Satuan Kegiatan      Mingguan dan Satuan Kegiatan Harian yang berisikan tentang penigkatan mengenal angka melalui permainan permen angka.
2)   Menyiapkan media pembelajaran yang akan diberikan kepada anak
3)   Menyiapkan lembaran instrumen penelitian yaitu lembaran format observasi, lembaran wawancara dan lembaran penilaian serta menyiapkan dokumentasi.        
                 b. Pelaksanaan tindakan
                             Pelaksanaan tindakan terdiri dari 3 bagian yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya akan  dikemukakan pada bagian berikut ini:
           Pertemuan 1
1)Kegiatan awal
a)      Mengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan  tempat duduk anak.
b)      Apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
c)      Menciptakan kegiatan awal yang menarik dan mengajarlan hal-hal yang dapat menmbulkan rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk belajar.                                                                                            
2)Kegiatan inti
a)    Pertama sekali  guru memerkenalkan  permen angka kepada anak.
b)   Guru memperlihatkan  permen angka
c)    guru menerangkan permainan  permen angka
Cara mainnya:
(1)   guru memperkenalkan alat permainan permen angka kepada anak.
(2)   guru menyebutkan dan memperagakan tentang alat permainan  permen angka kepada anak.
(3)   Setelah anak mengetahui cara memainkannya guru mempersilahkan anak untuk mencobanya.
(4)   Anak melaksanakan permainan tersebut secara bergiliran.
(5)   Guru memberikan kesempatan pada anak untuk memainkannya, bagi anak yang dapat melakukannya guru memberikan penghargaan, bagi yanga belum berhasil guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak.                                                                                             
3)   Kegiatan akhir
a)    Guru mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap   permainan yang telah dilaksanakan anak.
b)    Guru menutup permainan dengan mengajak anak berdoa   dan mengucapkan salam.
            Pertemuan 2
1)   Kegiatan awal
a)      Mengecek kehadiran anak didik dan meng kondisikan tempat duduk anak.
b)      Apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
c)      Menciptakan kegiatan awal yang menarik dan mengajarlan hal-hal yang dapat menmbulkan rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk belajar.                                                                                           
2)   Kegiatan inti
d)     Pertama sekali  guru memerkenalkan  permen angka kepada anak.
e)      Guru memperlihatkan  permen angka
f)       guru menerangkan permainan  permen angka.
Cara mainnya:
(1)         Guru memperkenalkan alat permainan  permen angka kepada anak.
(2)         Guru menyebutkan dan memperagakan tentang alat permainan  permen angka  kepada anak.
(3)         Setelah anak mengetahui cara memainkannya guru mempersilahkan anak untuk mencobanya.
(4)         Anak melaksanakan permainan tersebut secara bergiliran.
(5)         Guru memberikan kesempatan pada anak untuk memainkannya, bagi anak yang dapat melakukannya guru memberikan penghargaan, bagi yang  belum berhasil guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak.                                                                                            
3)   Kegiatan akhir
a)    Guru mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap   permainan yang telah dilaksanakan anak.
b)    Guru menutup permainan dengan dan mengucapkan salam.           
            Pertemuan 3
1)   Kegiatan awal
a)      Mengecek kehadiran anak didik dan meng kondisikan tempat duduk anak.
b)      Apersepsi yaitu memberikan kaitan pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
c)      Menciptakan kegiatan awal yang menarik dan mengajarlan hal-hal yang dapat menmbulkan rasa ingin tahu anak sehingga anak termotivasi untuk belajar.                                                                                           
2)   Kegiatan inti
a.       Pertama sekali  guru memerkenalkan  permen angka kepada anak.
b.      Guru memperlihatkan  permen angka.
c.       Guru menerangkan permainan  permen angka.
Cara mainnya:
1.      Guru memperkenalkan alat permainan permen angka kepada anak.
2.      Guru menyebutkan dan memperagakan tentang alat permainan permen angka kepada anak.
3.      Setelah anak mengetahui cara memainkannya guru mempersilahkan anak untuk mencobanya.
4.      Anak melaksanakan permainan tersebut secara bergiliran.
5.      Guru memberikan kesempatan pada anak untuk memainkannya, bagi anak yang dapat melakukannya guru memberikan penghargaan, bagi yanga belum berhasil guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak.                                                                                            
3)   Kegiatan akhir
a)    Guru mengadakan tanya jawab sebagai evaluasi terhadap   permainan yang telah dilaksanakan anak.
b)    Guru menutup permainan dengan mengajak anak berdoa   dan mengucapkan salam.                                                                                                                                                                                   
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara bersama saat pelaksanaan berlangsung. Pengamatan merupakan serangkaian kegiatan mengenali, merekam, mendokumentasikan dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil yang dicapai sebagai dampak dari tindakan yang dilakukan. Permainan ini bertujuan untuk mengumpulkan data selama penelitian berlangsung.
d.   Perenungan
Perenungan merupakan upaya yang terjadi dan apa hasil yang telah dicapai setelah melakukan penelitian.
3.    Siklus II
Pada siklus II akan dilakukan sama dengan siklus I yaitu: Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan perenungan, untuk pencapaian hasil penelitian dengan adanya peningkatan, penyempurnaan sesuai dengan penelitian.

D.  Instrumentasi
Alat pengumpulan data dalam penelitian adalah :
1.      Format Observasi
Pedoman observasi untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator yang ditentukan sebelumnya. Aspek yang diamati melalui pedoman observasi ini adalah yang berkatan tentang proses belajar mengajar.
2.      Dukumentasi
Kamera untuk merekam pembelajaran yang sedang berlangsung,dan semua portofolio,unjuk kerja anak,dokumentasi tertulis  dan tidak tertulis serta hasil evaluasi anak yang diberikan oleh guru.
3.      Format Wawancara
Dilakukan untuk tanggapan ke aktifan siswa terhadap kegiatan setelah permainan berlangsung.

E.  Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data di atas maka teknik dan alat pengumpulan data adalah :
1.    Data tentang kegiatan anak selama proses pembelajaran  berlangsung peneliti peroleh dengan jalan mengamati langsung kegiatan anak selama peneliti menyajikan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diamati adalah:
a.   Kegiatan anak dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung antara guru dan anak selama proses pembelajaran ditulis dalam lembaran observasi dan SKH.
b.   Kegiatan anak dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
2.  Hasil belajar anak dapat dilihat dari proses pembelajaran berlangsung mulai observasi dan wawancara.

F. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh selama penelitian yang berlangsung dianalisa baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif untuk memperoleh hasil yang maksimal terhadap peneliti tindakan kelas yang telah dilakukan.
Adapun data yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikut yaitu observasi, hasil belajar anak, dan wawancara anak yang digunakan untuk mengambil kesimpulan dari tindakan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap peningkatan mutu pembelajaran hasil analisis ini akan dimasukkan dalam laporan penelitian.
1.   Hasil pengamatan dari lembar observasi
Data yang diperoleh selama proses pembelajaran di analisa menggunakan teknik porsentase menggunakan rumus dikemukakan oleh Hariyadi (2009:24) sebagai berikut:                                                                
Keterangan :
            P          : persentase aktivitas
            F          : frekuensi aktivitas yang dilakukan anak      
            N         : jumlah dalam satu kelas
               Aktivitas anak dikatakan meningkat jika persentase hasil kegiatan anak meningkat dari hasil pengamatan sebelumnya.
Peningkatan aktivitas anak rendah, cukup tinggi atau sangat tinggi ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1.      80 % - 100 %        = sangat tinggi
2.      61 % - 80 %          = tinggi
3.      41 % - 60 %          = sedang
4.      21 % - 40 %          = rendah
5.      0 % - 20 %                        = sangat rendah
Secara kualitatif adalah catatan selama dilapangan baik hasil observasi yang dianaliasa setiap kali proses pembelajaran berlangsung untuk menentukan tindakan selanjutnya. Dimana keseluruhan data yang diperoleh dari semua tindakan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap proses penbelajaran anak.
2.      Data tentang aktivitas anak yang diamati
Secara kualiatatif adalah catatan selama dilapangan baik hasil observasi yang  dianalisa setiap kali proses pembelajaran berlangsung
untuk menentukan tindakan selanjutnya.Dimana keseluruhan data yang diperoleh dari semua tindakan yang dilakukkan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
  
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Deskripsi Data
1.      Kondisi Awal
Sewaktu peneliti melaksanakan penelitian di TK Al Hidayah ditemukan bahwa anak-anak masih belum mampu dalam pemahaman tentang  pengenalan konsep angka, hal ini disebabkan strategi guru kurang profesional melakukan kegiatan pembelajaran , sehingga kemampuan anak tentang pengenalan konsep angka masih kurang, dampak yang ditimbulkan pemahaman konsep angka  anak tidak berkembang dengan baik. Lebih jelas lihat tabel 1.1












Tabel 1.1
Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka
Melalui Permainan Permen Angka
Pada Kondisi Awal (sebelum tindakan)

No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Tinggi
Tinggi
Rendah
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka.
3
19
1
6
12
75
2.
Anak dapat membilang angka.
2
13
1
6
13
81
3.
Anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka
2
13
1
6
13
81
4.
Anakdapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat.
2
13
1
6
13
81
5
Anakmampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara
1
6
1
6
14
88

Nilai Rata-rata
2
13
16
6
13
81

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat dilihat persentase dalam peningkatan pengenalan konsep angka anak sebelum tindakan (kondisi awal).  Pada aspek pertama yaitu anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka, yang memperoleh nilai sangat tinggi 3 anak dengan persentase 19%, yang memperoleh tinggi 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh nilai rendah 12 anak dengan persentase 75%.
Pada aspek kedua yaitu anak dapat membilang angka, yang memperoleh nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh tidak baik 13 anak dengan persentase 81%.
Pada aspek ketiga anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 13 anak dengan persentase 81%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan sesuai dengan permen angka yang didapat, yang memperoleh nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 13 anak dengan persentase 80%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang memperoleh nilai sangat baik 1 anak dengan persentase 6%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan  persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 14 anak dengan persentase 88%.
Jadi, rata-rata persentase anak yang memperoleh nilai sangat baik dari aspek  kesatu sampai kelima yaitu 13%, yang memperoleh nilai tinggi 6% sedangkan yang memperoleh nilai rendah adalah 81%.  Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya pengembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak belum  tercapai secara optimal.  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Grafik 1.1 berikut ini :











Grafik 1.1
Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka
Melalui Permainan Permen Angka
 (sebelum tindakan)


Minat anak ketika pada kegiatan pengenalan konsep angka  masih rendah, hal ini dilihat sikap anak yang masih kurang antusias dan tidak percaya diri dalam melakukan kegiatan tersebut untuk lebih jelasnya tentang sikap anak tersebut, lihat Tabel 1.2

2.      Deskripsi Siklus I
Siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan pertama dilakukan pada hari kamis tanggal 22 September  2011, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 27 September 2011 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu 1 Oktober 2011.Sebelum melakukan penelitian guru mempersiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) secara keseluruhan.Tindakan siklus I dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
aPerencanaan Tindakan
Sebelum melakukan penelitian dimulai dengan melakukan analisis kurikulum guru untuk menentukan indicator dan aspek yang akan dikembangkan pada anak. Aspek yang dinilai adalah anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka,anak dapat membilang angka,anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka,anak dapat mencocokkan angka sesuai permen angka yang didapat,dan anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara.
Perencanaan yang dilakukan adalah dengan membuat persiapan mengajar seperti menyiapkan Rancangan Kegiatan Harian (RKH), dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan di dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu alat  peraga berupa kartu angka dan bermacam-macam permen angka.  Anggota peneliti saya sendiri yaitu Suswita bertindak sebagai guru pelaksana tindakan dan anggota peneliti Ulfa melaksanakan tugasnya sebagai observer.
b)     Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran pengenalan konsep angka dengan menggunakan alat peraga kartu angka dan permen angka dengan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun.  Pada awal pembelajaran peneliti melakukan diskusi dengan anak-anak tentang kegiatan yang akan dilaksanakan cara memainkan alat peraga yang terdiri dari kartu angka , permen angka,dan benda/barang.
                   Pertemuan pertama Siklus I pada hari kamis tanggal 22 September 2011 sebelum melakukan kegiatan.   Guru memperkenalkan alat peraga berupa kartu angka dan permen angka, kemudian guru mencontohkan cara memainkan alat  peraga yang terdiri dari kartu angka, permen angka, benda/barang, gambar-gambar.  Setiap pertemuan bentuk  kartu angka tidak sama supaya menarik minat anak dengan langkah –langkah sebagai berikut:
1)  Anak duduk ditikar
2)  Anak membaca doa sebelum belajar dengan bimbingan guru.
3)  Bercakap-cakap tentang tema.
4)  Anak menyebutkan angka pada permen angka.
5)  Anak mendengarkan penjelasan guru tentang cara permainan permen angka.
6)  Anak mencoba memainkan alat permainan permen angka.
7)  Anak disuruh mengambil bentuk permen angka yang disukainya dan membukanya angka berapa yang ada dalam bungkusan permen tersebut,dan menghitung permen sesuai dengan angkanya    
Pada kesempatan ini masih banyak anak yang belum mengenal angaka dan bentuk angka.  Pada pertemuan ini kemampuan anak mengenal angka dan mengurutkannya masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik 2.1  berikut




Tabel 1.2Hasil Observasi Peningkatan Pengenalan Konsep Angka  Melalui Permainan Permen Angka                                         Pertemuan I Siklus I (setelah tindakan)
No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka.
3
19
2
12
11
69
2.
Anak dapat membilang angka.
3
19
1
6
12
75
3.
Anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka
3
19
1
6
12
75
4.
Anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat
3
19
1
6
12
75
5
Anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara
2
13
1
6
13
81

Nilai Rata-rata
3
19
1
6
12
75

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak pertemuan pertama Siklus I (setelah tindakan).  Pada aspek pertama yaitu anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19% ,  yang  memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 12%, dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 96%.
Pada aspek kedua yaitu ,anak dapat membilang angka yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 12 anak dengan persentase 75%.
Pada aspek ketiga anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19%, yang  memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan  yang  memperoleh  nilai tidak baik 12 anak dengan persentase 75%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat, yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan yang memperoleh nilai tidak baik 12 anak dengan persentase 75%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara, yang memperoleh nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan yang memperoleh nilai tidak baik 13 anak dengan persentase 81%

Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut ini:






Grafik 1.2 Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka  Melalui Permainan Permen  Angka Pada
Pertemuan 1 Siklus I (Setelah Tindakan)

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Selasa  tanggal 27  September 2011 pada pertemuan ini guru mengajak anak menyebutkan angka 1-10 dengan menggunakan kartu angka dan anak disuruh menyusun angka .Pada pertmuan ini anak sudah tau dengan angka 1-10 dan telah dapat mengelompokkan benda-benda.Untuk melihat perkembangan pengenalan dapat dilihat pada table 1.3 dan grafik 1.3 di bawah ini.


Table 1.3
Hasil Obersevasi  Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep  Angka Melalui Permainan  Permen Angka Pertemuan 2 Siklus I (Stelah Tindakan)

No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka
5
31
1
6
10
63
2.
Anak dapat membilang angka
4
25
1
6
11
69
3.
Anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka
4
25
1
6
11
69
4.
Anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat
4
25
1
6
11
69
5
Anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara
3
19
1
6
12
75

Nilai Rata-rata
4
25
1
6
11
69

Berdasarkan table 1.3 di atas dapat dilihat persentase dalam peningkatan pengenalan konsep angka  anak  pada pertemuan 2 siklus I (setelah tindakan). Pada aspek pertama yaitu Anak memperhatikan bentu-bentuk permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase 31%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 10 anak dengan persentase 63%.
Pada aspek kedua yaitu Anak dapat membilang angka nilai sangat baik 4 anak dengan persentase 25%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengna persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek ketiga anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka yaitu, yang memperoleh nilai sangat baik 4 anak dengan persentase 25%, yang memperoleh nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat, yang memperoleh nilai sangat baik 4 anak dengan persentase 285%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara, yang memperoleh nilai sangat baik 4 anak dengan persentase 25%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek kelima yaitu mampu menghitung benda sesuai angka yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan  persentase 19%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan yang memperoleh nilai tidak baik 12
baik dengan persentase 75%. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.3 berikut ini:







Grafik 1.3 Hasil Observasi Upaya Peningkatan  Pengenalan Konsep Angka
                   melalui permainan permen angka pada pertemuan 2 siklus I
       (setelah tindakan)

Pada pertemuan ini sudah mulai tahu urutan bilangan 1-10. Untuk melihat perkembangan pengenalan konsep angka  anak dapat dilihat pada table 1.5 dan grafik 1.5.
Tabel 1.4
Hasil Obesrvasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pertemuan 3 Siklus I (Setelah Tindakan)
No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Anak dapat memperhatikan bentuk-bentuk permen angka
5
31
3
19
8
50
2.
Anak dapat membilang angka
5
31
2
13
9
56
3.
Anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka
5
31
2
13
9
56
4.
Anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat
5
31
2
13
9
56
5
Anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara
5
31
1
6
10
63

Nilai Rata-rata
5
31
2
13
9
56

Berdasarkan table 1.4 diatas dapat dilihat persentase dalam menigkatkan pengenalan konsep angka  anak pada pertemuan 3 setelah tindakan (Siklus I). Pada aspek pertama yaitu anak dapat memperhatikan bentuk-bentuk permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase 31% yang memperoleh nilai baik 3 anak dengan persentase 19% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 8 anak dengan persentase 50%.
Pada aspek kedua yaitu anak dapat membilang angka baik 5 anak dengna persentase 31% yang memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 13% dan anak yang memperoleh nilai tidka baik 9 anak dengan persentase 56%.
Pada asepek ketiga anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka yaitu yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengn persentase 31% yang memperoleh nilai baik 2 anak dengn persentase 13% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 9 anak dengan persentase 56%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase 31%, yang memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 13% dan akan yang memperoleh nilai tidak baik 9 anak dengna persentase 56%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase 31% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengna persentase 6% dan yang memperoleh nilai tidak baik 10 anak dengan persentase 63%. Selanjutnya dapat dlihat pada grafik 1.4 berikut ini             




                                                                        Grafik 1.4 Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pada Pertemuan 3 Siklus I (Setelah Tindakan)
Berdasarkan table dan grafik di atas dapat dilihat pada umumnya perkembangan pengenalan konsep angka anak pada Siklus I setelah tindakan sudah mengalami peningkatan, namun belum mencapai criteria. Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan 75%. Selain itu jumlah nilai rata-rata anak yang memperoleh nilai rendah (56%) lebih tinggi dari nilai rata-rata anak sangat tinggi (31% dan tinggi (13%).
Pelaksanaan  kegiatan ini juga terlihat pada sikap anak yang kurang bersemangat dan sikap percaya diri dalam menuntaskan kegiatan. Hasil observasi sikap anak dalam kegiatan pengenalan konsep angka menggunakan permen  angka dan kartu angka pada pertemuan 3.
Hasil perhitungan dan analisisnya dapat dilihat pada lampiran dan rangkuman yang diperlihatkan dalam tabel 5 berikut ini :



Tabel 5 hasil wawancara anak pada siklus I
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah anak senang mengenal angka melalui permainan permen angka ?
11 anak menjawab ya (68%)
2
Apakah anak bisa menyebut angka yang ada pada symbol symbol ?
9 anak yang bisa menyebutkan angka (56%)



7 anak menjawab tidak (43%)
3
Apakah kamu mengalami kesulitan mengenal konsep angka dalam lambang bilangan dengan permainan permen angka ?
10 anak menjawab tidak (68)


6 anak menjawab ya 37 %

Pada petanyaan pertama apakah anak-anak senang mengenang angka melalui permainan permen  angka dinyatakan 68 % anak menjawab ya dan 31 % anak menjawab biasa-biasa saja dan untuk pertanyaan kedua 56% anak bisa menyebutkan angka yang ada apada symbol  43% anak menjawab tidak sedangkan pada pertanyaan ke tiga 68% anak tidak mengalami kesulitan mengenal konsep angka dan lambang bilangan dan 37% anak mengalami kesulitan mengenal konsep angka dan lambang bilangan dengan tepat.


           c.Pengamatan
Berdasarkan pengamatan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan ,maka peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut:
1)     Anak merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran pengenalan konsep angka melalui permainan permen angka.
2)     Perkembangan pengenalan konsep angka anak dalam mengenal angka sudah mulai meningkat.
3)     Anak dapat memperhatikan bentuk-bentuk permen angka.
4)     Anak dapat membilang angka .
5)     Anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka.
6)     Media yang tersedia masih kurang,sehingga tidak mencukupi bagi anak dalam melaksanakan permainan.
d.. Perenungan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dan penilaian pada siklus I dalam upaya meningkatkan pengenalan konsep angka  anak untuk setiap indicator peneliti dapat menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang diterapkan dengan demikian maka penelitian ini perlu dilanjutkan tindakan pada siklus II. Ada beberapa catatan penting  baik positif maupun negative sebagai konsekwensi diterapkannya strategi pembelajaran ini. Catatan tentang dampak positif dan negative tersebut antara lain sebagai berikut :                                                                                                   1.Permainan permen  angka menyatakan membawa dampak yang positif    bagi anak yaitu pengenalan konsep angka  anak menjadi meningkat.
   2.Permainan permen angka dapat meningkatkan pengenalan konsep angka anak dan  memahami konsep angka dan lambang bilangan
       3.Suasana yang menyenangkan dalam pelaksanaan permainan permen angka dapat menumbuhkan sosialisasi anak untuk bermain .
Sedangkan catatan negative atau kelemahan-kelemahan yang perlu disermpurnakan dalam siklus berikutnya yaitu :
1.      Jika guru tidak mampu menjelaskan permainan permen  angka menarik bagi anak, anak tidak memperhatikan dan kelas bisa mengalami keributan.
2.      Jika guru tidak bisa menguasai anak dengan baik dalam melakukan permainan permen  angka maka pengenalan konsep angka  anak tidak akan tercapai sesuai dengan harapan.

3.      Deskripsi siklus II

Dari hasil pelaksanaan siklus I, ternyata belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ,maka peneliti  










1.      memberikan pujian kepada anak yang telah melakukan kegiatan terutama kepada anak yang masih mendapat nilai rendah dari observasi yang dilakukan pada pertemuan tiga pada siklus I
2.      Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa masih ada anak-anak yang menemui kesulitan yaitu 68% anak tidak mengalamai kesulitan dalam mengenal konsep angka dan lambang bilangan dalam permainan permen  angka.
3.      Meskipun telah terdapat konstribusi yang relative baik tetapi dorongan serta motivasi harus tetap diberikankepada anak agar anak tidak bosan. Diharapkan dengan cara ini, pengenalan konsep angka anak dapat meningkat.
Secara garis besar perencanan dan pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, perbaikan yang dilakukan hanyalah perubahan kebijakan yang dapat meningkatkan pengenalan konsep angka  anak.
a.       Data dan analisa data siklus II
1.      Perencanan tindakan pada siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus I dapat dilihat bahwa semua indicator belum tercapai secara optimal sesuai dengan criteria yang ditentukan, ini bisa dilihat pada tabel observasi. Pencapaian kemampuan anak pada tiap indicator yaitu pada indicator 1 anak memperhatikan bentuk-bentuk  permen angka mencapai 43.73% indicator 2 anak tertarik dengan  permainan permen angka mencapai 43.75% indicator 3, anak berani maju ke depan untuk bermain permen  angka mencapai 43.75%. indicator  4 anak dapat membilang   angka  mencapai 37.5%, indicator 5 anak memasangkan symbol angka sesuai dengan lambang bilangan mencapai 43.75% , indicator 6 anak dapat mencocokkan dengan angka yang sesuai dengan lambang bilangan mencapai 43.75%, indicator 7 anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara mencapai 43.75. oleh sebab itu perlu dilakukan tindakan pada siklus II.
Kegiatan pembelajaran yang harus diperbaiiki untuk meningkatkan  pengenalan konsep angka  adalah sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus memotivasi anak untuk dapat melakukan permainan  permen angka dengan baik. Ada beberapa langkah yang diambil guru adalah dengan bernyanyi angka-angka, juga guru dapat meminta anak menyebutkan angka, menunjukkan angka, dan menyebutkan bentuk-bentuk angka serta warna yang ada, selanjutnya guru juga menambah media sehingga anak mendapat kesempatan yang sama.
2.      Pelaksanaan kegiatan siklus II
Sehubungan dengan hasil pelaksaaan penelitian siklus I dapat dilihat ternyata tidak mencapai KKM maka peneliti melanjutkan pada siklus II
Peneltian pada siklus II ini dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama hari kamis tanggal 6 Oktober 2011, pertemuan kedua pada hari kamis tanggal 13 Oktober 2011,dan pertemuan ketiga pada hari rabu tanggal 19 Oktober 2011. Sebelum melakukan penelitian guru mempersiapkan Rancangan  Kegiatan harian (RKH) dapat dilihat pada lampiran I.
Pelaksanaan pada siklus ke dua ini dengan menggunakan metode praktek langsung. Kepada anak secara individu untuk melihat pengenalan konsep angka anak melelui permaianan permen angka dapat dilihat pada format observasi anak.
3.      Hasil Observasi Pengenalan Konsep Angka Anak
Berdasarkan data yang diperoleh dara siklus ke dua tentang pengenalan konsep angka anak setelah melakukan permainan permen  angka dengan memakai indikator yang ada dapat dilihat dari hasil observasi pada tindakan setiap pertemuan yang dilengkapi dengan tabel sebagai berikut.
Pertemuan pertama siklus II
a.       Guru mengatur tempat duduk
b.      Guru berdiri di depan kelas
c.       Guru mengajak anak memperhatikan symbol angka
d.      Guru memperlihatkan bentuk permen angka satu perasatu
e.       Anak-anak memperhatikan
f.       Guru memberikan kesempatan pada anak untuk menghitung symbol angka dan mengelompokkan bentuk permen.




b.      Pengamatan
Berdasarkan observasi dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan maka peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut:
1)           Anak berminat dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran melalui permainan permen angka dan kartu angka
2)           Perkembangan pengenalan konsep angka  anak sudah mulai ada peningkatan
3)           Terlihat adanya anak yang masih ragu-ragu dalamlam mengikuti kegiatan dan masih belum bersemangat karena kartu angka dan permen angka  masih sedikit.

Untuk melihat peningkatan  perkembangan pengenalan konsep angka anak pada siklus I, pertemuan 1.2.3 dapat dilihat pada rekapitulasi table dibawah ini:berdasarkan  table 2.7 di atas untuk lebih jelasnya hasil penigkatan perkembangan pengenalan konsep angka anak melalui permainan permen angka dan kartu angka dapat dilihat pada grafik 2.7 dibawah ini


Grafik 2.7 Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka melalui permainan permen  angka pada pertemuan 1.2.3 Siklus I (Setelah Tindakan)

Hasil perhitungan dari wawancara yang dilakukan pada anak terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui  pendapat anak tentang permainan permen angka dan kartu angka. Pertanyaan yang diajukan kepada anak juga dapat membantu peneliti dalam menelaah hal negatif yang menyebabkan pelaksanaan tindakan belum mencapai kondisi yang optimal. Hasil perhitungan dan analisisnya dapat dilihat pada table lampiran. Peningkatan hasil observasi sikap anak dalam permainan permen angka dan kartu angka dapat dilihat pada rekapitulasi table 2.8 dan grafik 2.8 dibawah ini:
Berdasarkan table 2.8 diatas dapat dilihat perkembangan sikap pengenalan konsep angka  anak pada siklus I yang terdiri dari tiga kali pertemuan seperti grafik 2.8 berikut:













Grafik 2.8 Sikap Anak Dalam Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka.  Pertemuan 1.2.3 (Setelah Tindakan)

a.      Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Siklus I maka pelaksanaan pembelajarna pada Siklus I sudah sesuai dengan rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak pembelajaran sudah cukup berhasil ini terlihat dari:
1)        Sikap positif anak mengikuti pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu 13% pada kondisi awal naik menjadi 32% pada Siklus I. Sedangkan anak yang sikap positifnya rendah terjadi penurunan dari konsidi awal 81% menjadi 56% pada siklus I
2)        Kemampuan  pengenalan  konsep angka dan kartu angka yaitu:
a.       Membilang/ menyebutkan urutan bilangannya sangat baik 19% menjadi 31%.
b.      Mengenal konsep angka dengan benda-benda  nilai sangat tinggi 13% menjadi 31%.
c.       Membuat urutan bilangan nilai sangat tinggi 13% menjadi 31%
d.      Menghubungkan bilangan dengan benda-benda  nilai sangat tinggi 13% menjadi 31%.
e.       Dapat menghitung angka sesuai benda nilai sangat tinggi 6% menjadi 31%.

3)        Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada siklus I sudah berjalan dengan baik, disamping itu ada pula hal-hal yang harus menjadi perhatian guru, yaitu:
(1)     Masih ada 56% anak yang sikap positif masih rendah  dalam proses pembelajaran
(2)     Anak yang sikap positifnya tinggi dalam pembelajaran baru mencapai 32% berarti belum mencapai target yang diharapkan sebesar 75%
(3)     Masih ada yang malas dalam mengikuti pembelajaran pengenalan konsep angka.
(4)     Kemampuan anak masih 31% belum mencapai target yang diharapkan 75%

Untuk mengatasi hal di atas dilaukan hal sebagai berikut:
(1)       Memotivasi dan membimbing anak yang dicap positifnya masih rendah dan sedang agar disiklus kedua sikap positifnya lebih meningkat.
(2)       Mendampingi anak secara individual terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan dengan alat peraga yang digunakan
(3)       Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak dengan cara memindahkan pembelajaran pengenalan konsep angka sebelum anak-anak istirahat dan bermain di luar.
(4)       Menambah alat permainan yaitu memperbanyak bentuk –bentuk permen angka.
3.      Siklus II
Dilihat dari hasil refleksi siklus I, maka ada beberapa hal yang perlu dilanjutkan pada siklus II karena ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
a.      Perencanaan  Tindakan
Tahapan perencanaan tindakan pada siklus II ini sama dengan siklus I yaitu guru melakukan analisis kurikulum  untuk menentukan indicator dan aspek  yang akan dikembangkan pada anak. Indikatornya adalah menghubungkan  angka dan menyebutkan tulisan sederhana dengan symbol yang melambangkannnya (BHS). Aspek yang akan dikembangkan kepada anak adalah mengenal bentuk kartu angka dan permen angka , mengenal  bentuk angka, mengenal jumlah bilangan sesuai dengan angka. Perencanan yang dilakukan dengan membuat persiapan mengajar seperti menyiapakan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan di dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu alat peraga berupa kartu angka dan permen  angka.
Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan mengajar yang  mana komponen-komponennya adalah Rancangan Kegiatan Harian (RKH), menentukan metode yang akan digunakan dalam permainan permen  angka dan kartu angka yaitu mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan  pembelajaran. Pada siklus II ini  bermacam-macam bentuk permen  ditambah lagi agar lebih menarik perhatian anak dan anak lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan. Selain itu peneliti memperbanyak kesempatan bermain bagi anak dengan teman-temannya dalam menggunakan permainan permen angka dan kartu angka.

b.      Pelaksanaan Tindakan
Proses pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari selasa tanggal 20 September 2011, pertemuan kedua pada hari kamis  tanggal 22 September  2011 dan pertemuan ketiga guru perlu mempersiapkan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) dapat dilihat pada lampiran.
Pertemuan Pertama Siklus II dilaksanakan pada hari selasa 20 September,pertemuan kedua pada hari kamis  tanggal 22 September  2011, peneliti memberikan kebebasan pada anak-anak menggunakan kartu angka dan permen angka secara keseluruhan. Mereka mengambil kartu angka, kemudian mengurutkannya. Lalu peneliti berjalan mengitari anak-anak yang sedang bermain dan melihat gambar apa dan bagaimana anak tersebut melakukan kegiatannya.
Hasil peneliti temukan ternayata anak-anak sudah dapat dan tahu dengan angka1-10 dan mengurutkan angka 1-10. Untuk melihat perkembangan kemampuan berhitung anak dapat dilihat pada table 3.1 dan grafik 3.1.

Tabel 3.1
Hasil Observasi  Upaya Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka
Pertemuan I Siklus II (Setelah Tindakan)

No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Membilang/menyebutkan urutan bilangan 1-10
7
44
3
19
6
37
2.
Membilang/mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10
6
37
3
19
7
44
3.
Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda
6
37
3
19
7
44
4.
Mnghubungkan/memasangkan bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
6
37
3
19
7
44
5
Mampu menghitung angka sesuai benda
5
31
3
19
8
50

Nilai Rata-rata
6
37
3
19
7
44

Berdasarkan table 3.1 di atas dapat dilihat persentase dalam meningkatkan kemampuan pengenalan konsep angka anak pada pertemuan I siklus II (Setelah Tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak dapat membilang/ menyebutkan urutan bilangan 1-10 yang memperoleh nilai baik 3 anak dengan persentase 19%, dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 6 anak dengan persentase 37%.
Pada aspek kedua yaitu mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 yang memperoleh nilai sangat baik 6 anak dengan persentase 37%, yang memperoleh nilai baik 3 anak dengan persentase 19% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 7 anak dengan persentase 44%.
Pada aspek ketiga membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda, yang memperoleh nilai sangat baik 6 anak dengan persentase 37%, yang memperoleh nilai baik 3 anakdengan persentase 19% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 7 anak dengan persentase 44%.
Hasil dari penelitian tersebut akhirnya peneliti menemukan ternyata anak-anak sudah bisa menyebutkan urutan bilangan dari 1-10  dan menghubungkan bilangan dengan menggunakan permen angka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.3 dan grafik 3.3 di bawah ini:
No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Membilang/menyebutkan urutan bilangan 1-10
9
56
4
25
3
19
2.
Membilang/mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10
8
50
5
31
3
19
3.
Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda
8
50
5
31
3
19
4.
Mnghubungkan/memasangkan bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
8
50
5
31
3
19
5
Mampu menghitung angka sesuai benda
7
44
5
31
3
25

Nilai Rata-rata
8
50
5
31
3
19

Berdasarkan table 3.3 di atas dapat dilihat persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak pada pertemuan 2 Siklus II (Setelah Tindakan). Pada aspek pertama ayaitu anak dapat mengenal bentuk Kartu Angka, yang memperoleh nilai sangat baik 9 anak dengan persentase 56%, yang memperoleh nilai baik 4 anak dengan persentase 25%, dan anak yang memperoleh nilai Tidak Baik 3 anak dengan persentase 19%. Pada aspek kedua yaitu mengenal angka yang memperoleh nilai baik 8 anak dengan persentase 50%, yang memperoleh nilai tinggi 5 anak dengan persentase 31% dan anak yang memperoleh nilai rendah 3 anak dengan persentase 19%.
Pada aspek ketiga mengenal jangka dari permainan truk angka yaitu, yang memperoleh nilai sangat baik 8 anak dengan persentase 50%, yang memperoleh nilai baik 5 anak dengan persentase 31% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 3 anak dengan persentase 19%.
Pada aspek ketiga mengenal angka melalui permainan permen  angka yaitu, yang memperoleh nilai sangat baik 8 anak dengan persentase 50%, yang memperoleh nilai baik 5 anak dengan persentase 31% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 3 anak dengan persentase 19%.
Pada aspek keempat yaitu menggabungkan angka dengan benda-benda, yang memperoleh nilai sangat baik 8 anak dengan persentase 50%, yang memperoleh nilai baik 5 anak dengan persentase 31% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 3 anak dengan persetase 19%.
Pada aspek kelima yaitu mampu menghitung benda sesuai angka, yang memperoleh nilai sangat baik 7 anak dengan persentase 44% yang memperoleh niltai baik 5 anak dengan persentase 31% dan yang memperoleh nilai baik 4 anak dengan persentase 25%.

Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 3.3 berikut ini;










Grafik 3.3 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka
       Melalui Permen angka pada pertemuan 2 siklus II
       (Setelah Tindakan)

Pertemuan Siklus II dilaksanakan dilaksanakan pada hari kamis  tanggal 22 September  2011 adalah kelanjutan pertemuan kedua dengan cara yang sama dan pengambilan nilai yang sama.
Hasil yang  peneliti temukan terdapat pada pertemuan ketiga siklus II ternyata anak-anak sudah bisa  mengabungkan angka dengan benda dan anak sudah bisa menyebutkan dengan angka. Selain itu anak sudah bisa menghubungkan angka dengan benda-benda. Untuk melihat perkembangannya dapat dilihat pada table 3.5 dan grafik 3.5 berikut ini:








Tabel 3.5
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen  Angka Pertemuan 3 Siklus Ii (Setelah Tindakan)

No
Aspek yang Dinilai
Nilai
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
Jumlah Anak
%
1.
Membilang/menyebutkan urutan bilangan 1-10
15
94
1
6
-
0
2.
Membilang/mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10
15
94
1
6
-
0
3.
Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda
15
94
1
6
-
0
4.
Mnghubungkan/memasangkan bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
14
88
2
12
-
0
5
Mampu menghitung angka sesuai benda
14
88
2
12
-
0

Nilai Rata-rata
15
92
1
8
-
0

Berdasarkan table 3.5 di atas dapat dilihat persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak pada pertemuan 3 siklus II (Setelah tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak dapat mengenal bentuk angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek kedua yaitu memahami konsep bilangan 1-10 nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek ketiga dapat membedakan bentuk-bentuk angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek keempat yaitu dapat mengurutkan angka 1-10 yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88%, yang memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 12% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek kelima yaitu mampu menghitung benda sesuai angka yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88% yang memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 125 dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 3.5 berikut ini:






Grafik 3.5 Hasil Observasi  Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka
      Melalui permainan Permen  angka Pada pertemuan 3 siklus II
      (Setelah Tindakan)

Berdasarkan table 3.5 di atas dapat dilihat persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka pada pertemuan 3 siklus II (Setelah Tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak dapat mengenal bentuk angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh niltai tidak tidak ada lagi.
Pada aspek kedua yaitu memahami konsep bilangan  1-10 nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baiak tidak ada lagi.
Pada aspek ketiga dapat membedakan bentuk permen angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan akan yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek keempat yaitu dapat mengurutkan angka 1-10 yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88% yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88% yang memperoleh nilai baik 2 anak dengna persentase 12% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek kelima yaitu mempu menghitung benda sesuai angka yang memperoleh nilai baik 2 anak dengna persentase 12% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.






Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 3.5 berikut ini:








Grafik 3.5 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen  Angka Pada Pertemuan 3 Siklus II  (Setelah Tindakan)


Berdasarkan table dan grafik di atas terlihat perkembangan pengenalan konsep angka setelah dilakukan beberapa kali pertemuan.

c.Pengamatan
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan dalam permainan permen angka dan kartu angka pada akhir siklus II maka peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut:
1)      Anak termotivasi untuk melakukan kegiatan
2)      Anak Merasa Senang dalam melakukan permainan
3)      Anak terlibat aktif dalam permainan
4)      Kemampuan pengenalan konsep angka anak semakin berkembang
5)      Anak semakin mudah bersosialisasi dengan lingkungan
6)      Banyak anak yang mampu melaksanakan kegiatan permainan permen angka.

Untuk melihat peningkatan perkembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak melalui permainan permen  angka dan kartu angka pada siklus II pertemuan 1.2.3 dapat dilihat pada rekapitulasi table dan grafik di bawah ini:
Berdasarkan table di atas dapat dilihat perkembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak pada siklus II yang terdiri dari tiga kali pertemuan seperti grafik pada gambar berikut:






Grafik 3.7 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka
       Melalui Permainan Permen  Angka dan Kartu Angka
       Pada Pertemuan  1.2.3 SIklus II (Setelah Tindakan)

Hasil perhitungan dari wawancara dan analisisnya dapat dilihat pada table lampiran. Peningkatan hasil observasi sikap anak dalam permainan permen  angka dan kartu angka dapat dilihat pada rekapitulasi table 3.8 dan grafik 3.8 dibawah  ini:
rdasarkan table 3.
7 di atas dapat dilihat perkembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak pada siklus II yang terdiri dari tiga kali pertemuan seperti grafik 3.8 berikut:









Grafik 3.8 Sikap anak dalam Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan  Permen  Angka Pertemuan 1.2.3 Siklus II
      (Setelah Tindakan)

c.Refleksi
Keberhasilan yang telah diperoleh selama Siklus II adalah sebagai berikut:
1)      Sikap positif anak dalam mengikuti pembelajarn meningkat dari siklus I ke siklus II
2)      Kemampuan berhitung anak meningkatkan pada siklus II disbanding Siklus I
3)      Sikap percay adiri ketika menghitung benda dengan angka
4)      Kemampuan berhitung anak dengan menggunakan truk angka dan dalam ketegori baik (sangat tinggi) meningkat.
5)      Adanya upay aperbaikan yang penlieit lakukan atas semua kekurangan-kekurangan yang dirasakan membuat pembelajaran pada siklus II menjadi lebih baik
6)      Media yang digunakan dapat memberikan semangat saat anak melakukan permainan
7)      Pembelajarna yang dapat pada siklus II ini mengalami peningkatan proses dan hasil belajar yang sangat memuaskan. Dari pencapaian siklus I dan siklus II peneliti yakin permainan truk angka dan kartu angka dapat menginatkan kemampuan berhitung anak TK Sari Kubang Tungkek.
Hasil wawancara anak pada siklus II
Tabel Hasil wawancara anak pada siklus II
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah anak senang mengenal angka melalui permainan truk angka ?
14 anak menjawab ya (87%)
2
Apakah anak bisa  menyebut angka yang ada pada symbol bintang  ?
13 anak yang bisa menyebutkan angka (81%)



 3 anak menjawab tidak (18%)
3
Apakah kamu mengalami kesulitan mengenal konsep angka dalam lambang bilangan dengan permainan truk angka ?
14 anak menjawab tidak (87%)


2 anak menjawab ya 12 %

Pada pertanyaan pertama apakah anak-anak senang mengenal angka melalui permainan truk angka dinyatakan 87% anak menjawab ya dan 12% anank menjwab biasa-biasa saja dan untuk pertanyaan kedua 81% anak bisa menyebutkan angka yang ada pada symbol bintang18% anakmenjawab tiaksedangkan pada pertanyaan tiga 87% anak tidak mengalami kesulitan mengena konsep angka dan lambang bilangandan 12% anak mengalami kesulitan mengenal konsep angka dan lambang
bilangan.


 





                                                Pertanyaan
                        Peningkatan hasil wawancraanak pada siklus I dam siklus II
Berdasarkan perbandinganhasil wawancara anak dari 3 pertanyaan yang diajukan pada siklus I terdapat peningkatan pada siklus II telah diterapkansebelumnya dapat dicapai ssuai harapan.                      
    c. Analisa Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi , wawancara, dan penilaian anak dalam upaya meningkatkan pengenalan konsep angka anak melalui permainan permen angka berdasarkan indicator yang ada dan berdasarkan jumlah anak  maka nilai rata-rata berdasarkan kemampuan anak pada siklus II adalah 96.43% . jika persentase ini dikaitkan dengan hasil wawancara dengan pertanyaan apakah kamu mengalami kesulitan mengenal konsep angka dan lambang bilangan. 

c.       Pembahasan
Berdasarkan analisis terhadap indicator yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja dalam tindakan telah dapat memenuhi pencapaian optimal yang telah ditetapkan, maka penelitian ini sudah cukup memadai sampai siklus II dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak melalui permaianan permen angka di TK AL HDAYAH Padang Kandih Kecamatan Guguak  Kabupaten Lima Puluh Kota.
1.      Perhatian, ketertarikan dan keberanian anak dalam permainan permen angka menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenalan konsep angka anak melibatkan keterampilan kemamapuan mengolah angka serta kemahiran dengan angka-angka dan jumlah benda lainnya. Menurut Gardner dalam Sujiono (2006:6.15) mengemukakan kecerdasan logika matematika adalah kecerdasan yang berhubungan dengan angka-angka dan logika. Dalam hal ini penelitian memilih permainan permen angka anak mengenal dan memahami konsep angka, lambang bilangan, menghitung dan kemampuan melihat aturan dalam segi angka dan mampu menyusun strategi angka.
2.      Kemamapuan anak dalam membilang angka, memasangkan angka dan mencocokkan angka yang sesuai dengan jumlah benda . setelah dilihat dari hasil penelitian bahwa permainan permen angka yang dilakukan dapat meningkatkan pengenalan konsep angka anak dalam membilang. Dalam hal membilang angka anak tidak merasa ragu untuk menyebutkan urutan angka, menyusun urutan angka dan membuat urutan angka dengan benar, begitiu juga dengan memasangkan dan mencocokkan angka yang sesuai dengan lambang bilangan yang didapat anak.
3.      Kemampuan anak dalam mengelompokkan benda dengan berbagai cara . hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui permainan permen angka dapat meningkatkan pengenalan konsep angka anak. Dalam mengelompokkan benda dengan berbagai cara anak mampu mengklasifikasikan berbagai  benda yang tersedia dan berdasarkan bentuk, warna,banyak, sedikit, sesuai  dengan keiinginan anak. Melalui penelitian ini ditemukan hasil yang positif dari permainan permen  angka yang mana dapat meningkatkan pengenalan konsep angka  anak. Berdasarkan hasil tindakan siklus I dan siklus II dapat dijabarkan keberhsilan permainan permen angka dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak sebagai berikut :
a.       Peningkatan perhatian anak baik, dari 31 % meningkat menjadi 94 % pada siklus II. Pada siklus I anak mempunyai rentang nilai baik 4 orang sedangkan pada siklus II 10 orang, berarti peningkatannya menjadi 6 orang. Sedangkan untuk nilai rendah pada siklus I 56.25% dan pad siklu II sudah tidak ada. Pada siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang, pada siklus II tidak ada.
b.      Peningkatan ketertarikan anak baik 31.25 % meningkat menjadi 68.75 % pada siklus II. Pada siklus I anak mempunyai rentang nilai baik 5 orang sedangkan pada siklus II menjadi 11 orang , berarti peningktan menjadi 6 orang. Sedangkan untuk nilai rendah pada siklus I 56.25 % dan pad siklus II menjadi 0 %. Pada siklus I anak mempunyai rentang nilai rendah 9 orng sedangkan pda siklus II tidak ada.
c.       Peningktan keberhasilan anak baik 18.75 % meningkat menjadi 62 %  pada siklus II. Pada siklus I anak mempuyai rentang nilai baik 3 orangdan pada siklus II menjadi 10 orang , berarti peningkatan menajdi 7 orang. Sedangkan untuk nilai rendahpada siklus I 56.25% dan pada siklus II menjadi 0 %. Pada siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang sedangkan pada siklus II tidak ada.
d.      Peningkatan kemamapuan membilang angka anak baik 25% meningkat menjadi 62.5% pada siklus II. Pada siklus I nak mempunyai rentang nilai baik 4 orang dan pada siklus II menjadi 10 orang, berarti peningkatan menjadi 6 orang. Sedangkan untuk nilai rendah 62.5%dan siklus II menjadi 6.25%. pada siklus I anak mempunyai rentang nilai endah 10 orang sedangkan pada siklus II menjadi 1 orang .
e.       Peningkatan kemamapuan anak mencocokkan angka yang sesuai dengan jumlah benda, anak baik 31.25 % meningkat menjadi 62.5% pada siklus II. Pada siklus I anak mempunyai rentang nilai baik 5 orang dan pada siklus II menjadi 10 orang. Berarti peningkatan menjadi5 orang pada siklus I anak mempunyai rentang nilai rendah 56.25% sedangkan pada siklus II menjadi 6.25%. pada siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang dan pada siklus II menjadi 1 orang .
f.       Peningkatan kemampuan anamengelompokkan benda dengan berbagai cara anak yang baik 37.5%  meningkat menjadi 68.75% pada siklus II., pada siklus I anak mempunyai rentang nilai tinggi 6 orang, pada siklus II menjadi 11, berarti peningktan 5 orang dan untuk nilai rendah pda siklus I 56.25% dan pad iklus II menjadi 6.25% pada siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang sedangkan pada silus II menjadi 1 orang.
Berdasarkan tabel rekapitulasi siklus II dapat dilihat bahwa peningkatan perhatian anak yang sangat bnaik dan baik 93.75% peningktan ketertarikan anak sangat baik dan baik 93.75% , anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka yang sangat baik 97.75% anak dapat membilang angka 1-10 yang sangat baik dan baik 87.5%  memasangkan symbol permen angka sesuai dengan  lambing  bilangan  sangat  baik dan baik 87.5 %, anak yang mamapu mengelompokkan benda dengan berbagai cara sangat baik dan baik 81.25%. ini berarti  secara umum peningkatan pengenalan konsep angka anak telah mecapai Krieria Ketuntasan Minimal (KKM).                                                                                                                             


Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I dan Siklus II dapat dijabarkan keberhasilan penggunaan alat peraga Permen  Angka  dan kartu angka dalam meningkatkan pengenalan konsep angka  pada anak sebagai berikut:
1.Sikap positif anak dalam mengikuti kegiatan ada peningkatan yaitu 32% menjadi 94% sedangkan positifnya yang rendah, berkurang dari 56% menjadi 0%
2.Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajarna pada siklus II sudah berjalan dengan baik dan berhasil.
3.Kemampuan anak melalui permainan Permen angka dan Kartu angka meningkatkan:
a.       Mengenal bentuk angka, nilai sangat baik 31%, pada siklus II meningkat menjadi 94%
b.      Mengenal bentuk angka, nilai sangat baik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 94%Mengenal huruf awalan dari kata
c.       Membuat urutan bilangan dari 1-10 dengan benda-benda pada siklus I, nilai sangat baik 31% pada siklus II naik menjadi 94%.
d.      Menghubungkan atau memasangkan lambang  bilangan dengan benda-benda, pada siklus I sangat baik 31%, pada siklus II naik menjadi 88%.
e.       Mampu menghitung benda sesuai angka pada siklus I, nilai sangat baik 31%, pada siklus II naik menjadi 88%.

Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh anak  pada kondisi awal, siklus I dan siklus II terjadi perbaikan kearah yang diharapkan. Hasil observasi meningkatkan pengenalan konsep angka  anak melalui perinan permen angka dan kartu angka dapat dijelaskan pada tiap-tiap kategori yang mana anak dengan kategori sangat baik (SB) pada table 4.1 , baik (B) pada table 4.2, Tidak Baik (TB) pada table 4.3. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Anak Melalui
Permainan Permen Angka
(Kategori Sangat Baik)

No
ASPEK
Kondisi Awal
Sikus I
Sikus II
Sikus III
1.
Membilang/menyebutkan urutan bilangan 1-10
19%
31%
94%
Naik
2.
Membilang/mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10
13%
31%
94%
Naik
3.
Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda
13%
31%
94%
Naik
4.
Mnghubungkan/memasangkan bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
13%
31%
88%
Naik
5
Mampu menghitung angka sesuai benda
6%
31%
88%
Naik

Nilai Rata-rata
13%
31%
92%
Naik




Grafik 4.1 Persentase Perkembangan Peningkatan Pengenalan Konsep Angka   Melalui  Permainan  Permen  Angka
       (Kategri Sangat Tinggi)

Berdasarkan table 4.1 dan grafik 4.1 di atas, perkembangan  pengenalan konsep angka  anak dalam kategori sangat baik, pada aspek mengenal bentuk permen angka dan kartu angka pada kondisi awal 19%, pada siklus I naik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 94%. Untuk aspek membilang atau mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 pada kondisi awal 13%, pada siklus I naik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 94%. Untuk menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda pada kondisi awal 13%, pada siklus I naik menjadi 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 88%. Untuk aspek mampu menghitung benda sesuai angka pada kondisi awal 6%, pada siklus I naik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 88%.




Tabel 4.2
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka  Melalui
Permainan Permen Angka
(Kategori Baik)

No
ASPEK
Kondisi Awal
Sikus I
Sikus II
Sikus III
1.
Membilang/menyebutkan urutan bilangan 1-10
6%
19%
6%
Menurun
2.
Membilang/mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10
6%
13%
6%
Menurun
3.
Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda
6%
13%
6%
Menurun
4.
Mnghubungkan/memasangkan bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
6%
13%
12%
Menurun
5
Mampu menghitung angka sesuai benda
6%
6%
12%
Menurun

Nilai Rata-rata
6%
13%
8%
Menurun




Grafik 4.2 Persentase Perkembangan Peningkatan Pengenaln Konsep Angka
        Melalui Permainan Permen Angka
       (Kategri Tinggi)



Berdasarkan table 4.2 dan grafik 4.2 di atas, perkembangan pengenalan konsep angka  anak dalam kategori baik, pada aspek mengenal bentuk permen angka  pada kondisi awal 6%, pada siklus I naik 19%, pada siklus II menurun naik menjadi 6%. Untuk aspek membilang atau mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 pada kondisi awal 6%, pada siklus I naik 19%, pada siklus II menurun naik menjadi 6%. Untuk menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda pada kondisi awal 6%, pada siklus I naik menjadi 13%, pada siklus II menurun naik menjadi 6%. Untuk aspek mampu menghitung benda sesuai angka pada kondisi awal 6%, pada siklus I naik 13%, pada siklus II menurun naik menjadi 12%.













Tabel 4.3
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka  Melalui
Permainan Permen Angka
(Kategori Tidak Baik)

No
ASPEK
Kondisi Awal
Sikus I
Sikus II
Sikus III
1.
Membilang/menyebutkan urutan bilangan 1-10
75%
50%
0%
Menurun
2.
Membilang/mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10
81%
56%
0%
Menurun
3.
Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-benda
81%
56%
0%
Menurun
4.
Mnghubungkan/memasangkan bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
81%
56%
0%
Menurun
5
Mampu menghitung angka sesuai benda
88%
63%
0%
Menurun

Nilai Rata-rata
81%
56%
0%
Menurun




Grafik 4.3 Persentase Perkembangan Peningkatan Pengenalan Konsep Angka  Anak Melalui Permainan Permen Angka
       (Kategri Tidak Tinggi)



Berdasarkan table 4.3 dan grafik 4.3 di atas, perkembangan  pengenalan konsep angka anak dalam kategori tidak baik, pada aspek mengenal bentuk permen angka dan kartu angka pada kondisi awal 75%, pada siklus I menurun 50%, pada siklus II tidak ada lagi. Untuk aspek membilang atau mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 pada kondisi awal 81%, pada siklus I menurun 56%, pada siklus II tidka ada lagi. Untuk menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda pada kondisi awal 81%, pada siklus I menurun  menjadi 56%, pada siklus II tidak ada lagi. Untuk aspek mampu menghitung benda sesuai angka pada kondisi awal 88%, pada siklus I menurun 62%, pada siklus II tidak ada lagi.














BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian Upaya Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka anak , maka kesimpulan yang dapat di kemukakan adalah:
1.      Pengenalan konsep angka  pada anak  melalui permainan permen  angka lebih optimal di TK AL HIDAYAH Padang Kandih Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota.
2.      Pengenalan konsep angka  melibatkan pemikiran tentang jumlah, berapa banyak, termasuk menghitung, mengelompokkan dan membandingkan, menghitung merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk mengidentifikasi jumlah benda. Pemahaman konsep angka berkembang seiring waktu dan kesempatan.
3.      Pengenalan konsep angka  akan tumbuh sangat besar apabila diperkenalkan secara konkrit, baik bendanya, jumlahnya termasuk menghitung, mengelompokkan dan membandingkan menghitung merupakan cara belajar mengenai  nama angka.
4.      Penggunaan kartu angka dan permen  angka dengan bentuk yang menarik dapat meningkatkan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran.
5.     

97
 
Anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui permaianan permen angka, kartu angka serta menghitung jumlah benda.
6.      Melalui permainan kartu permen  angka maka berhitung anak semakin meningkat.

A.    Implikasi
1.      Peningkatan pengenalan konsep angka  pada anak usia dini dapat di stimulasi sedini mungkin melalui permainan permen angka khususnya di TK AL HIDAYAH Padang Kandih Kabupaten Lima Puluh Kota.
2.      Permainan permen angka dapat menjadi salah satu alternative yang bisa diaplokasikan oleh guru di area pengembangan kognitif untuk meningkatkan pengenalan konsep angka  pada anak usia dini, pada usia 5 sampai 6 tahun.

B.     Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran untuk perubahan demi kesempurnaan penelitian tindakan kelas pada masa mendatang adalah :
1.      Guru harus memahami peserta didik dan memberikan kesempatan pada anak untuk mencobakan berbagai aktivitas yang dapat mengembangkan kognitif anak.
2.      Agar permbelajaran lebih kondusif dan menarik bagi anak sebaiknya guru lebih kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran dengan menyajikan dalam bentuk permainan.
3.      Untuk merangsang dan meningkatkan kemampuan anak dalam pembelajaran maka guru hendaknya menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
4.      Para peneliti disarankan agar lebih mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
5.      Kepada pihak TK AL HIDAYAH hendaknya dapat melengkapi alat permainan kognitif agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


















DAFTAR PUSTAKA
           
Anggani Sudono. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT. Grasindo

Badru Zaman, 2007. Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta :Universitas Terbuka

B.E.F. Montolalu, 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta. :Universitas terbuka

Depdiknas 2003. Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasionak. Jakarta: Depdiknas

---------2004. Kurikulum TK dan RA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

---------. 2007. Permainan Berhitung Permulaaan. Jakarta. Depdiknas.
Desi Anwar. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 1A. Surabaya
FIP UNP. 2010, Panduan Penulisan Skripsi. FIP UNP : Padang
Maike Sugianto, 1995. Bermain Mainan dan Permainan. Jakarta  :Dekdikbud

Nuraini Yuliani Sujiono, 2009. KonsepDasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Idekf

Suharsimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Bumi Aksara

Santoso, Soegeng. 2002. Bermain dan Permainan. Jakarta. Depdiknas
Sujiono. 2006. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta. Universitas Terbuka

Rakimah wati. 2009. Pengembangan Aktivitas Anak Usia Dini. Fib. UNP. Padang.

Toha Anggoro. 2007. Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka
           

»»  READMORE...