BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
bangsa sehingga kita tidak tertinggal dari bangsa maju lainnya. Pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK)
merupakan salah satu lembaga pendidikan formal dalam sistim pendidikan nasional
yang merupakan bagian dari pendidikan anak usia dini.
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka
orang tua dan guru di TK harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan
bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan
sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Pendidikan TK merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak tersebut maka diperlukan media pembelajaran yang
berbentuk alat permainan karena prinsip belajar di TK adalah bermain sambil
belajar dan belajar seraya bermain. Dengan kegiatan bermain anak dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Anak us
ia TK
adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung dijalur
matematika, karena usia TK sangat
peka terhadap rangsangan yang diterima lingkungan. Rasa
ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan
apabila mendapat stimulasi/ rangsangan yang sesuai dengan tugas
perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam
permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan
bekerja bagi anak. Anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia
dapati s
esuai dengan minat,
perkembangan, kebutuhan dan kemampuan.
Usia TK merupakan
usia yang efektif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Upaya
pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui
permainan permen angka. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan
kemampuan kognitf saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial, dan ekonomi,
karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, berfariasi dan
menyenangkan.
Pendidikan
TK yang baik tentunya dalam menjalani
program-program kegiatan pembelajaran haruslah memperhatikan faktor
bawaan dan faktor lingkungan fisik, sehingga pengembangan potensi anak dapat
menstimulasi secara maksimal. Di TK yang berpusat pada anak, pendidikan
diharapkan melaksanakan program kegiatan pembelajaran yang menunjang
aspek-aspek perkembangan anak. Oleh karena itu lingkungan (termasuk didalamnya
orang tua dan guru) sangat memegang peranan penting dalam hal ini. Lingkungan
harus dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat memekarkan potensi yang
ada pada anak. Potensi-potensi yang ada
pada anak merupakan : Aspek kognitif, adalah bagaimana cara anak bertingkah
laku yaitu cepat lambatnya anak memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Melalui
permainan ini akan berkembang kognitif anak karena permainan ini mengembangkan
pengenalan konsep angka. Aspek bahasa,dalam
permainan ini perkembangan bahasa anak dapat dikembangkan antara lain:
pendengaran, berbicara, mengarahkan pikiran, ingatan, sehingga kemampuan
berfikir anak semakin meningkat.. Aspek sosial, perkembangan sosial anak akan
kelihatan dalam menggunakan alat permainan secara bergantian, dan sabar
menunggu giliran. Aspek emosi,emosi anak akan berkembang dengan memakai alat,
dan dengan permainan ini melepaskan ketegangan yang dialami anak dan dapat
memenuhi kebutuhan dan dorongan dari dalam diri yang tidak terlepaskan. Aspek
motorik,perkembangan motorik dapat berkembang dengan cara sebagai berikut:
motorik halus anak dapat dikembangkan melalui mengambil bentuk angka dan
memasangkan dengan jumlah bilangan.
Permainan
berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh
kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, terutama konsep-konsep bilangan yang merupakan dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk pendidikan dasar.
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di TK dapat dilaksanakan
melalui penguasaan konsep-konsep, transisi dan lambang yang terdapat disemua
jalur matematika, yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri
dan statistika.
Kegiatan
pembelajaran di TK dirancang mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran baik
terkait dengan bahan atau materi, pengalaman belajar, tempat dan waktu belajar,
alat sumber belajar, bentuk pengorganisasian kelas dan cara penilaian. Dalam
kegiatan pembelajaran guru perlu memberikan motivasi, dorongan kepada peserta
didik untuk mengungkapkan kemampuan dalam membangun gagasan pada waktu
memberikan pembelajaran pada anak.
Selama ini
peneliti sebagai pendidik di TK telah mencoba memberikan suatu pembelajaran
kepada anak dengan menggunakan media serta alat yang terbatas atau yang kurang
menarik bagi anak. Sehingga yang terjadi dikelas anak hanya banyak melakukan
kegiatan yang disuruh guru, seperti meniru konsep angka, lambang bilangan,
bentuk, banyak, sedikit dan jenis yang ada di papan tulis atau menyelesaikan
tugas yang ada di majalah. Pembelajaran yang diberikan tidak bermakna bagi anak
sehingga menimbulkan permasalahan dimana anak tidak memahami konsep angka,
lambang bilangan, banyak sedikit, sebab akibat, bentuk, warna dan jenis. Anak
juga cepat bosan serta tidak berminat untuk mengikuti proses pembelajaran
mengenal angka.
Berdasarkan
fenomena yang telah diuraikan diatas yakni anak sulit mengenal angka dan
menghubungkan antara jumlah dengan lambang bilangan dan memahami konsep-konsep
tentang warna dan jenis. Pada hal semua anak sebenarnya mengerti dan
memahaminya, sebab semua ini telah dikenal oleh anak yang telah diperkenalkan
oleh guru waktu kegiatan pembelajaran yang berlangsung atau diberikan.
Peneliti
melihat permasalahan ini disebabkan beberapa faktor yaitu: alat yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran tidak menarik minat anak, media yang tersedia sangat sedikit,
metode dan strategi guru tidak bervariasi dalam proses pembelajaran, serta kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran pengenalan konsep angka kurang.
Upaya mengatasi
permasalahan ini peneliti mencoba melakukan tindakan untuk Peningkatn
pengenalan konsep angka anak melalui suatu kegiatan dengan judul “ Upaya
Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka di TK
Al-Hidayah Padang Kandih Kabupaten Lima Puluh Kota”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Anak sulit
mengenal dan memahami tentang konsep angka.
2.
Anak sulit menghubungkan antara lambang bilangan dengan
jumlah bilangan.
3.
Media yang digunakan guru kurang
bervariasi dalam meningkatkan pengenalan konsep angka.
4.
Peserta didik kurang tertarik mengikuti proses
pembelajaran yang mengembangkan pengenalan konsep angka
5.
Kurangnya kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
pengenalan konsep angka.
6.
Metode yang digunakan guru kurang dapat memotivasi anak
dalam kegiatan penbelajaran.
C.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas maka peneliti
membatasi permasalahan yang diteliti
yaitu:
1.
Peserta didik kurang tertarik dalam proses pembelajaran
dalam mengembangkan pengenalan konsep
angka.
2.
Anak mengalami kesulitan dalam menghubungkan lambang
bilangan dengan jumlah bilangan.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan,
terlihat bahwa berapa pentingnya
pengembangan kognitif melalui permainan angka pada anak TK, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan permainan permen angka dapat meningkatkan pengenalan
konsep angka pada anak TK Al-Hidayah Padang Kandih?
E.
Rancangan Pemecahan Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang ditemukan sesuai dengan batasan masalah, maka
rancangan pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah dengan kegiatan
permainan permen angka untuk peningkatan kemampuan pengenalan konsep angka pada
anak
F.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah:
1.
Peningkatan kemampuan pengenalan konsep
angka anak melalui permainan permen angka di TK Al- Hidayah
Padang Kandih.
2.
Untuk meningkatkan pengembangan kognitif anak.
G.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.
Anak
a.
Anak lebih aktif dalam permainan permen angka TK Al-Hidayah Padang
Kandih.
b.
Memberikan bekal dasar yang kuat dalam mengembangkan
konsep mengenal angka melalui permainan permen angka.
2.
Guru
a.
Dapat memperbaiki proses pembelajaran melalui permainan permen angka unrtuk meningkatkan konsep mengenal angka pada anak.
b.
Menambah dan meningkatkan pengalaman dan pemahaman guru melalui permainan permen angka pada pengembangan konsep mengenal angka pada
anak.
3.
Sekolah
Dapat meningkatkan mutu sekolah dan memberi bekal untuk anak didiknya.
H.Defenisi Operasional
1.Pengenalan Konsep
Angka
Konsep angka adalah proses yang berjalan
perlahan-lahan. Anak mengenal prinsip dengan menggunakan bahasa untuk
menjelaskan pemikiran mereka. Angka melibatkan tentang pemikiran berapa
jumlahnya atau berapa banyak. “termasuk berhitung, menjumlahkan misalnya: satu
ditambah satu, yang terpenting adalah mengerti tentang konsep angka”
2. Permainan Permen Angka
Angka adalah tanda atau lambang sebagai pengganti
bilangan: nialai (kepandaian, prestasi, dan sebagainya)
Permen adalah gual-gula yang diberi campuran minyak
yang rangsang bau dan rasanya.
Jadi permen angka adalah suatu bungkusan permen yang didalamnya terdapat
angka-angka yang mempunyai suatu makna.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1.
Hakikat
Perkembangan AUD
Setiap anak
bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembar siam. Setiap
anak terlahir dengan potensi yang
berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat dan minat sendiri. Ada anak yang berbakat menyanyi, ada pula yang
berbakat menari, matematika, bahasa, dan adapula yang berbakat olah raga.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang sangat cerdas, ada
yang biasa saja, dan ada yang kurang cerdas.
Ada beberapa kajian yang dapat dicermati tentang hakikat anak usia dini
diantaranya yang dikemukakan oleh Brennder dalam (Masitoh 2008.14)
sebagai berikut:
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan prilakunya secara relatif spontan.
3. Anak bersifat aktif dan energik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
6. Anak
berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi
2.
Pengembangan
Kognitif
a.
Pengertian Kognitif
Kognitif adalah proses berfikir yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Kognitif berhubungan dengan intelegensi. Kognitif lebih bersifat
pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu,
sedangkan intelegensi lebih bersifat lebih bersifat aktif yang merupakan
aktualisasi atau perwujudan dari daya
atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku.
Cattel dan Horn ( dalam Sujiono 2006:1.6) menyimpulkan bahwa hubungan intelegensi
itu meliputi kemampuan umum yang memegang tudas-tugas kognitif dan sejumlah
kemampuan khusus seperti pemecahan persoalan, mempertimbangkan persoalan (probu
1999)
b. Pengembangan
Kognitif
Individu berfikir menggunakan fikirannya. Kemampuan
ini yang menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya suatu masalah
yang sedang dihadapi. Melalui kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh seorang
anak maka kita dapat mengatakan apakah
seorang anak itu pandai atau bodoh, pandai sekali (genius) atau bodoh (dungu
atau idiot)
Pada hakikatnya intelegensi adalah kemampuan yang
dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
tertentu.
Menurut Witherington (dalam Sujiono 2006:1.16) mengemukakan bahwa kognitif adalah pikiran,
kognitif (kecerdasan pikiran) melaui pikiran dapat digunakan dengan cepat untuk
mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah. Sedangkan perkembangan
kognitif (perkembangan mental) adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah
bagian dari proses berpikir dari otak.
c. Pentingnya
perkembangan kognitif
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar
anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya
sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat
melangsungkan kehidupannya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan
kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada didunia
ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Berdasarkan pendapat Piaget pentingnya guru
mengembangkan kemampuan kognitif pada anak sebagai berikut:
1)
Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya
berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif.
2)
Anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa
dan kejadian yang pernah dialaminya.
3)
Agar anak mampu mengembangkan pemikirannya dalam rangka
mengembangkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4)
Agar anak memahami berbagai simbol yang tersebar
didunia sekitarnya.
5)
Agar anak mampu melakukan penalaran baik yang terjadi
secara melalui proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan)
6)
Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang
dihadapinya sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong
dirinya sendiri.
d.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:
1)
Faktor hareditas / keturunan.
2) Faktor lingkungan.
3) Kematangan
4) Pembentukan.
5) Minat dan bakat.
3.
Pengertian konsep angka
Angka adalah proses yang berjalan perlahan-lahan. Anak
mengenal prinsip dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pemikiran mereka.
Angka melibatkan tentang pemikiran berapa jumlahnya atau berapa banyak.
“termasuk berhitung, menjumlahkan misalnya: satu ditambah satu, yang terpenting adalah mengerti tentang
komsep angka”
Menurut
Paimin (dalam Sujiono 2005:11.3)
menyatakan konsep matematika moderen ini adalah tidak hanya pada konsop
bilangan tetapi lebih berkaitan dengan konsep-konsep abstrak dimana suatu
kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis dengan menggunakan
pembuktian. Matematika sebagai ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungannya
memerlukan symbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan melalui
operasi yang ditetapkan.
Berhubungan dengan permainan matematika di TK adalah
kegiatan belajar konsep matematika, melalui aktivitas bermain dalam kehidupan
sehari-hari yang bersifat alamiah.
Sedangkan menurut Sumantri (dalam Sujiono 2005:11.2) matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkainan makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan.
Membedakan angka dengan menunjukkan angka atas nomor
adalah dengan symbol atau lambing. Misalnya: 5 sebuah angka paham apa arti 5.
sesungguhnya anak belajar menunjukkan angka dengan tiga cara menyebut empat
belajar dengan lambang 4 dan belajar menulis tulisan empat, anak memerlukan
belajar lambing angka tetapi anak dapat menulis atau mengenali angka 4 dimana
tidak terpenting memahami angka dan huruf yang sesungguhnya. Berhubungan dengan
penelitian untuk itu peneliti harus menanamkan terlebih duku tentang konsep
mengenal angka kepada anak.
4.
Bermain
a.
Pengertian Bermain
Montolulu, (2007:1.18) Bermain merupakan suatu
salauran keluar bagi ungkapan perasaan-perasaan negative, permusuhan dan
penyerangan (Anggression), misalnya tanah liat atau plastisin dapat
dipukul-pukul atau ditumbuk-tumbuk, bola dapat ditendang dan dilempar-lempar
ketembok. Anak dengan bebas mengeluarkan aneka ragam perasaan emosinya dengan
main sepuasnya sampai letih dan melepaskan kategangan yang dirasakan. Anak membutuhkan pengalaman-pengalaman yang
akan membantu perkembangan emosinya kearah keseimbangan dan kematangan emosi.
b.
Menurut Mayesti
( dalam Sujiono 2009:144) mengatakan bermain
adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari
karena bagi anak bermain adalah hidup
dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain
belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan
terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan.
c. Manfaat
Bermain Bagi Anak
Menurut Montolalu (2005 :
1.15) bermain bagi anak mempunyai arti yang sangat penting karena melalui
bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan, kreatifitas, dan
imajinasinya. Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik,
bergaul dengan teman sebaya, membina sikap hidup positif, menyumbangkan peran
sesuai jenis kelamin, menambah perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan
tertekan.Jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif,sosial,
emosional dan moral bermain juga mempunyai
manfaat besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan.
Nakita (dalam Tanjung, 2005:55)
merinci beberapa manfaat bermain meliputi 3 ranah yaitu:
a) Fisik Motorik ; anak akan terlatih motorik
kasar dan halusnya.
b) Sosial Emosional; anak merasa senang
karena ada teman bermainnya. Di tahun-tahun pertama kehidupan, orang tua merupa kan teman bermain
yang utama bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang ada kelekatan dengan orang
tua,
c) Kognitif;
anak belajar mengenal atau mempnyai pengalaman kasar, halus, rasa asam dan
asin.Ia pun belajar pengenalan konsep angka.
Bermain
merupakan kesempatan kepada anak-anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan
kreatifnya sebagai kesempatan merasakan objek-objek dan tantangan untuk
menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, selain itu juga untuk menemukan
hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya
dalam banyak alternatif
Berdasarkan uraian diatas peneliti
dapat menyimpulkan bahwa manfaat
bermain sangat besar bagi anak, dimana dengan bermain merupakan suatu pemenuhan
kebutuhan anak, selain itu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, serta
melalui bermain pula anak dapat membangun sendiri pengetahuannya.
Anak memerlukan waktu yang cukup banyak untuk
mengembangkan dirinya melalui bermain. Hasil penelitian yang telah dilakukan para ilmuan menyatakan bahwa bermain bagi anak-anak mempunyai arti yang sangat
penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan
kepuasan, kreativitas dan imajinasinya. Melalui bermain anak
dapat melakukan kegiatakegiatan fisik, belajar bergaul dengan teman-teman
sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai jenis kelamin,
menumbuhkan perbendahaaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan. Selain
bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial emosional dan moral,
bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara
keseluruhan.
d.
Tujuan Bermain
Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni
memlihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui
pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan
bermain anak. Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan
bekerja pada orang dewasa, bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan seorang anak.
e.
Pemilihan Alat Peraga / Bermain
Anak didik bermain sambil belajar. Ketika bermain
mereka mengekspresikan diri secara bebas tanpa merasakan adanya paksaan. Mayke
(1995) menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberikan kesempatan kepada
anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang menemukan sendiri tentang berbagai
macam hal, bereksplorasi, memperhatikan dan mendapatkan bermacam-macam konsep
serta pengertian tentang berbagai macam hal. Disinilah proses pembelajaran
terjadi. Mereka mengambil keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang,
membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat dan memecahkan
masalah, mengerjakan secara tuntas, bekerjasama dengan teman dan mengalami
berbagai masam perasaan.
Alat peraga / bermain yang dipilih dan digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di TK, hendaknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
1)
Alat peraga/bermain sesuai dengan tujuan dan fungsi
penggunaannya.
2)
Alat peraga/bermain dapat memberikan pengertian atau
menjelaskan suatu konsep tertentu.
3)
Alat peraga/bermain dapat mendorong kreativitas anak
serta memberi kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
4)
Alat peraga/bermain harus memenuhi unsure kebenaran
ukuran, ketelitian dan kejelasan.
5)
Alat peraga/bermain tidak membahayakan anak, harus
aman.
6)
Alat peraga/bermain hendaknya menarik, menyenagkan dan
tidak membosankan.
7)
Alat peraga/bermain hendaknya memenuhi unsur keindahan
dalam bentuk ataupun warna/ kombinasi warnanya, serta rapii dalam pembuatannya.
8)
Alat peraga/ bermain harus dapat digunakan baik oleh
guru, maupun anak.
f. Peran guru
dalam kegiatan bermain
Montolalu
(2005:25-26) guru mempunyai peran yang cukup besar terhadap kegiatan bermain
anak.Peran tersebut dapat dilihat dari kegiatan berikut:
1. Guru
sebagai pengamat dalam bermain, dimana yang diamati guru dalam bermain itu
adalah:
a)
Mengamati cara memainkan alat bermain atau mainan.
b)
Mengamati sikap anak waktu bermain,aktif atau diam saja.
c) Bermain
ikut-ikutan teman atau mengatur/memerintah teman.
d)
Mengamati berapa waktu yang digunakan dalam satu jenis kegiatan bermain.
e)
Mengamati jenis bermain yang sering dipilih atau yang lebih diminati anak.
f) Mengamati anak bermain sendiri atau bersama teman.
g) Melihat dan mengamati mana anak yang mandiri melakukan kegiatan bermain
atau tidak.
Dapat
disimpulkan bahwa peran guru sebagai pengamat dalam bermain sangat penting karena dengan mengamati guru dapat
mengetahui cara memainkan alat bermain, sikap perilaku anak, dan mengetahui
tingkat perkembangan anak.
5. Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan
Permen Angka
Menurut
Anwar (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,2001:12) menyatakan bahwa angka:
tanda atau lambang sebagai pengganti bilangan: nilai (kepandaian, prestasi, dan
sebagainya)
Menurut
Anwar (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,2001 :322) menyatakan bahwa permen:
gula-gula yang diberi campuran minyak yang rangsang bau dan rasanya.
Jadi permen
angka adalah suatu bungkusan permen yang didalamnya terdapat angka-angka yang
mempunyai suatu makna. Permainan pengenalan konsep permen angka yaitu suatu
alat permainan yang dirancang dengan bentuk permen atau gula-gula yang
didalamnya terdapat angka-angka yang mempunyai suatu makna. Permainan pengenalan
konsep angka melalui permainan permen angka, anak dapat berlatih untuk
bekerjasama dengan anak lain dan dapat merasakan kebersamaan sehingga anak akan
terbiasa untuk hidup saling tolong menolong. Dan dengan bermain anak dapat
menyesuaikan diri dengan orang lain. Permainan ini juga dapat dimainkan
perorangan.Pada penelitian ini yang cocok bagi anak adalah mengenal bilangan
melalui permainan permen angka, disini anak
akan dapat mengenal bilangan dan lambang
bilangan. Untuk lebih jelasnya inilah bentuk permen angka yang dipakai.
Cara permainan permen angka adalah guru
memperkenalkan permen angka kepada anak dan menjelaskan bagaimana cara
memainkannya. Setelah itu guru menyuruh anak mengambil permen angka yang ada
dalam botol, kemudian membukanya, angka berapa yang didapat anak dan
mencocokkannya dengan permen yang didalam botol seperti pada gambar di atas.
Begitu selanjutnya sampai semua anak mendapat giliran.
B.
Penelitian Yang Relevan
Andriyani (2009) pembelajaran matematika dengan menggunakan media dadu
untuk mengembangkan kemampuan bilangan anak di TK Bunda Balita. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media dadu
untuk mengembangkan konsep bilangan di TK Bunda Balita, menunjukkan bahwa
perencanaan pembelajaran meliputi: Tujuan pembelajaran diarahkan untuk
mengembangkan konsep bilangan dengan memanipulasi mata dadu secara langsung. Proses
pembelajaran dengan menggunakan media dadu di TK Bunda Balita secara umum
memberikan kesempatan kepada anak menggunakan satu buah dadu, dengan
melemparkannya dan melihat jumlah mata dadu yang keluar untuk mengenal bilangan
1 – 6 secara berulang. Hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu di TK
Bunda Balita menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan bilangan anak berkembang.
Yanti (2011) upaya peningkatan
kemampuan kognitif anak melalui puzel geometri
di TK Perword Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan
kognitif anak dalam permainan melalui puwel geometri setelah siklus II pada
aspek pertama. Kemampuan anak mengenal bentu-bentuk geometri anak yang mampu
berjumlah 16 orang dengan persentase 84%, anak yang berkembang berjumlah 1
orang dengan persentase 15%. Pada aspek-aspek mengenal bentuk dan menyebutkan
geometri anak yang mampu berjumlah 16 orang dengan persentase 84%, anak yang
berkembang berjumlah 2 orang dengan persentase 11% dan anak yang perlu
bimbingan berjumlah 1 orang dengan persentase 5%.
Hasil penelitian peningkatan kemampuan kognitif anak
melalui permainan puzel geometri di TK Perword Padang diperlukan pembahasan
guna menjelaskan dan memperdalam kajian penelitian ini.
C.
Kerangka Konseptual
Di TK Al-Hidayah Padang Kandih kemampuam dalam
mengenal angka anak sangat rendah, ini disebabkan kurangnya alat permainan yang
menarik minat anak, maka dari itu peneliti merancang suatu alat permainan yang dapat memotivasi dan
meningkatkan minat anak dalam belajar pengenalan angka. Adapun permainan yang
penulis rancang adalah permainan melalui permen angka ini terdiri
dari angka yang dibungkus seperti permen. Peneliti berharap dengan permainan ini kemampuan pengenalan angka anak
dapat meningkat.
Bagan
I
Kerangka
Konseptual
D.
Hipotesis Tindakan
Kegiatan permainan angka permen dengan pengenalan
angka, warna dan bentuk dapat meningkatkan
kemampuan mengenal angka.
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yaitu ragam penelitian
pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu
pembelajaran dan mencoba hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan
mutu dan hasil pembelajaran.
Menurut Depdiknas
(2003:9) menyatakan bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian
yang dilakukan secara sistematis, refleksi terhadap berbagai aksi atau
tindakana yang dilakukan oleh guru/ perilaku mulai dari perencanaan sampai dengan penelitian terhadap tindakan
nyata didlam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Penelitian tindakan kelas juga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu
praktek pembelajaran yang dilakukan guru dengan tercapainya tujuan pembelajaran.
Dengan demikian guru dapat melaksnakan kegiatan ini setelah penelitian
kegiatan-kegiatan sendiri, dikelasnya sendiri dengan melibatkan anak didiknya,
melalui tindakan yang direncnakan, dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan
memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakkan dalam
kegiatan belajar mengajar.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B di TK Al-Hidayah
Padang Kandih Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah murid 16 orang terdiri
dari 8 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas, penelitian itu
mengacu kepada model Kurt Cewin (Depdiknas 2003:16). Komponen dalam penelitian
ini adalah: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Pengamatan (Observasi) dan Perenungan
(Refleksi)
Model penelitian dalam Arikunto 2006:16 adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi awal
Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan di kelas B peneliti pada kegiatan awal melakukan orientasi dan
observasi sebagai dasar untuk menentukan fokus penelitian selama pelaksanaan
dilapangan peneliti bekerja sama dengan pengawas yang membantu peneliti dalam
melakukan penelitian terhadap aktivitas guru dan anak selama pembelajaran
berlangsung.
Waktu
penelitian berlangsung peneliti datang kesekolah pada pagi hari, dimana sekolah
tempat peneliti bertugas yang mana sekolahnya berada di daerah terpencil. Dimana
pagi itu anak-anak sudah mulai berdatangan. Sebelum pembelajaran dimulai maka
peneliti membunyikan lonceng, anak disuruh untuk berbaris di halaman sekolah,
dimana anak dan guru membaca ikrar, rukun iman, rukun islam dan pancasila
secara bersama. Setelah melakukan kegiatan tersebut maka guru dan anak-anak
bernyanyi bersama, dan guru menanyakan hari apa sekarang dan melakukan kegiatan
jasmani. Setelah kegiatan selesai maka guru dan anak masuk ke kelas.
2. Siklus I
a. Perencanaan tindakan
1) Menyusun rencana pembelajaran berupa
Satuan Kegiatan Mingguan dan Satuan
Kegiatan Harian yang berisikan tentang penigkatan mengenal angka melalui
permainan permen angka.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang akan
diberikan kepada anak
3) Menyiapkan lembaran instrumen penelitian
yaitu lembaran format observasi, lembaran wawancara dan lembaran penilaian
serta menyiapkan dokumentasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan
terdiri dari 3 bagian yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pada bagian berikut ini:
Pertemuan 1
1)Kegiatan awal
a) Mengecek kehadiran anak didik dan
mengkondisikan tempat duduk anak.
b) Apersepsi yaitu memberikan kaitan
pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
c) Menciptakan kegiatan awal yang menarik dan
mengajarlan hal-hal yang dapat menmbulkan rasa ingin tahu anak sehingga anak
termotivasi untuk belajar.
2)Kegiatan inti
a) Pertama sekali guru memerkenalkan permen angka kepada anak.
b) Guru memperlihatkan permen angka
c) guru menerangkan permainan permen angka
Cara mainnya:
(1) guru memperkenalkan alat permainan permen angka
kepada anak.
(2) guru menyebutkan dan memperagakan tentang
alat permainan permen angka kepada anak.
(3) Setelah anak mengetahui cara memainkannya
guru mempersilahkan anak untuk mencobanya.
(4) Anak melaksanakan permainan tersebut
secara bergiliran.
(5) Guru memberikan kesempatan pada anak untuk
memainkannya, bagi anak yang dapat melakukannya guru memberikan penghargaan,
bagi yanga belum berhasil guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak.
3) Kegiatan akhir
a) Guru mengadakan tanya jawab
sebagai evaluasi terhadap permainan
yang telah dilaksanakan anak.
b) Guru menutup permainan dengan
mengajak anak berdoa dan mengucapkan
salam.
Pertemuan
2
1) Kegiatan awal
a) Mengecek kehadiran anak didik dan meng
kondisikan tempat duduk anak.
b) Apersepsi yaitu memberikan kaitan
pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
c) Menciptakan kegiatan awal yang menarik dan
mengajarlan hal-hal yang dapat menmbulkan rasa ingin tahu anak sehingga anak
termotivasi untuk belajar.
2) Kegiatan inti
d) Pertama sekali guru memerkenalkan permen angka kepada anak.
e) Guru memperlihatkan permen angka
f) guru menerangkan permainan permen angka.
Cara mainnya:
(1)
Guru
memperkenalkan alat permainan permen
angka kepada anak.
(2)
Guru
menyebutkan dan memperagakan tentang alat permainan permen angka kepada anak.
(3)
Setelah
anak mengetahui cara memainkannya guru mempersilahkan anak untuk mencobanya.
(4)
Anak
melaksanakan permainan tersebut secara bergiliran.
(5)
Guru
memberikan kesempatan pada anak untuk memainkannya, bagi anak yang dapat
melakukannya guru memberikan penghargaan, bagi yang belum berhasil guru memberikan bimbingan dan
motivasi kepada anak.
3) Kegiatan akhir
a) Guru mengadakan tanya jawab
sebagai evaluasi terhadap permainan
yang telah dilaksanakan anak.
b) Guru menutup permainan dengan dan
mengucapkan salam.
Pertemuan
3
1) Kegiatan awal
a) Mengecek kehadiran anak didik dan meng
kondisikan tempat duduk anak.
b) Apersepsi yaitu memberikan kaitan
pelajaran yang akan diberikan kepada anak.
c) Menciptakan kegiatan awal yang menarik dan
mengajarlan hal-hal yang dapat menmbulkan rasa ingin tahu anak sehingga anak
termotivasi untuk belajar.
2) Kegiatan inti
a. Pertama sekali guru memerkenalkan permen angka kepada anak.
b. Guru memperlihatkan permen angka.
c. Guru menerangkan permainan permen angka.
Cara mainnya:
1. Guru memperkenalkan alat permainan permen
angka kepada anak.
2. Guru menyebutkan dan memperagakan tentang
alat permainan permen angka kepada anak.
3. Setelah anak mengetahui cara memainkannya
guru mempersilahkan anak untuk mencobanya.
4. Anak melaksanakan permainan tersebut
secara bergiliran.
5. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk
memainkannya, bagi anak yang dapat melakukannya guru memberikan penghargaan,
bagi yanga belum berhasil guru memberikan bimbingan dan motivasi kepada
anak.
3) Kegiatan akhir
a) Guru mengadakan tanya jawab sebagai
evaluasi terhadap permainan yang telah
dilaksanakan anak.
b) Guru menutup permainan dengan
mengajak anak berdoa dan mengucapkan
salam.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara bersama saat pelaksanaan berlangsung.
Pengamatan merupakan serangkaian kegiatan mengenali, merekam, mendokumentasikan
dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil yang dicapai sebagai
dampak dari tindakan yang dilakukan. Permainan ini bertujuan untuk mengumpulkan
data selama penelitian berlangsung.
d. Perenungan
Perenungan
merupakan upaya yang terjadi dan apa hasil yang telah dicapai setelah melakukan
penelitian.
3. Siklus II
Pada
siklus II akan dilakukan sama dengan siklus I yaitu: Perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan perenungan, untuk pencapaian hasil penelitian dengan adanya
peningkatan, penyempurnaan sesuai dengan penelitian.
D. Instrumentasi
Alat pengumpulan
data dalam penelitian adalah :
1. Format Observasi
Pedoman observasi untuk
mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator yang ditentukan
sebelumnya. Aspek yang diamati melalui pedoman observasi ini adalah yang
berkatan tentang proses belajar mengajar.
2. Dukumentasi
Kamera untuk
merekam pembelajaran yang sedang berlangsung,dan semua portofolio,unjuk kerja
anak,dokumentasi tertulis dan tidak
tertulis serta hasil evaluasi anak yang diberikan oleh guru.
3. Format Wawancara
Dilakukan untuk
tanggapan ke aktifan siswa terhadap kegiatan setelah permainan berlangsung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data di atas maka teknik dan alat pengumpulan data
adalah :
1. Data tentang kegiatan anak selama proses pembelajaran berlangsung peneliti peroleh dengan jalan
mengamati langsung kegiatan anak selama peneliti menyajikan pembelajaran.
Hal-hal yang perlu diamati adalah:
a. Kegiatan anak dalam mengikuti
proses pembelajaran berlangsung antara guru dan anak selama proses pembelajaran
ditulis dalam lembaran observasi dan SKH.
b. Kegiatan anak dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
2. Hasil belajar anak dapat dilihat
dari proses pembelajaran berlangsung mulai observasi dan wawancara.
F. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh selama penelitian yang berlangsung dianalisa baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif untuk memperoleh hasil yang
maksimal terhadap peneliti tindakan kelas yang telah dilakukan.
Adapun data yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikut
yaitu observasi, hasil belajar anak, dan wawancara anak yang digunakan untuk
mengambil kesimpulan dari tindakan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap
peningkatan mutu pembelajaran hasil analisis ini akan dimasukkan dalam laporan
penelitian.
1. Hasil pengamatan dari lembar
observasi
Data yang diperoleh selama proses pembelajaran di analisa menggunakan teknik
porsentase menggunakan rumus dikemukakan oleh Hariyadi (2009:24) sebagai
berikut:
Keterangan :
P : persentase aktivitas
F : frekuensi aktivitas yang dilakukan
anak
N : jumlah dalam satu kelas
Aktivitas anak dikatakan meningkat jika persentase
hasil kegiatan anak meningkat dari hasil pengamatan sebelumnya.
Peningkatan aktivitas anak rendah, cukup tinggi atau sangat tinggi ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. 80 % - 100 % = sangat tinggi
2. 61 % - 80 % = tinggi
3. 41 % - 60 % = sedang
4. 21 % - 40 % = rendah
5. 0 % - 20 % = sangat rendah
Secara kualitatif adalah
catatan selama dilapangan baik hasil observasi yang dianaliasa setiap kali proses
pembelajaran berlangsung untuk menentukan tindakan selanjutnya. Dimana
keseluruhan data yang diperoleh dari semua tindakan yang dilakukan sangat
berpengaruh terhadap proses penbelajaran anak.
2.
Data tentang aktivitas anak yang diamati
Secara kualiatatif adalah catatan selama dilapangan
baik hasil observasi yang dianalisa
setiap kali proses pembelajaran berlangsung
untuk menentukan tindakan selanjutnya.Dimana keseluruhan data yang diperoleh
dari semua tindakan yang dilakukkan sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi
Data
1.
Kondisi Awal
Sewaktu peneliti melaksanakan penelitian di TK Al Hidayah ditemukan bahwa anak-anak masih belum mampu dalam
pemahaman tentang pengenalan konsep angka, hal ini
disebabkan strategi guru kurang profesional melakukan kegiatan pembelajaran , sehingga kemampuan
anak tentang pengenalan
konsep angka masih kurang, dampak yang
ditimbulkan pemahaman konsep angka anak tidak
berkembang dengan baik. Lebih jelas lihat tabel 1.1
Tabel 1.1
Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep
Angka
Melalui Permainan Permen Angka
Pada Kondisi Awal (sebelum tindakan)
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Tinggi
|
Tinggi
|
Rendah
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Anak
memperhatikan bentuk-bentuk permen angka.
|
3
|
19
|
1
|
6
|
12
|
75
|
2.
|
Anak
dapat membilang angka.
|
2
|
13
|
1
|
6
|
13
|
81
|
3.
|
Anak
berani maju kedepan untuk bermain permen angka
|
2
|
13
|
1
|
6
|
13
|
81
|
4.
|
Anakdapat mencocokkan angka sesuai dengan
permen angka yang didapat.
|
2
|
13
|
1
|
6
|
13
|
81
|
5
|
Anakmampu mengelompokkan benda dengan berbagai
cara
|
1
|
6
|
1
|
6
|
14
|
88
|
|
Nilai
Rata-rata
|
2
|
13
|
16
|
6
|
13
|
81
|
Berdasarkan Tabel 1.1
diatas dapat dilihat persentase dalam peningkatan pengenalan konsep angka anak sebelum
tindakan (kondisi awal). Pada aspek
pertama yaitu anak memperhatikan bentuk-bentuk permen angka,
yang memperoleh nilai sangat tinggi 3 anak dengan
persentase 19%, yang memperoleh tinggi 1 anak dengan
persentase 6%, dan anak yang memperoleh nilai rendah 12 anak dengan persentase 75%.
Pada aspek kedua yaitu anak dapat membilang angka, yang memperoleh nilai sangat baik 2 anak dengan
persentase 13%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh tidak baik 13 anak dengan
persentase 81%.
Pada aspek ketiga anak berani maju kedepan
untuk bermain permen angka, yang memperoleh
nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang
memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh
nilai tidak baik 13 anak dengan persentase 81%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan
sesuai dengan permen angka yang didapat,
yang memperoleh nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang memperoleh
nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan anak yang memperoleh nilai tidak
baik 13 anak dengan persentase 80%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan
benda dengan berbagai cara yang memperoleh
nilai sangat baik 1 anak dengan persentase 6%, yang memperoleh nilai baik 1
anak dengan persentase 6% dan anak yang
memperoleh nilai tidak baik 14 anak dengan persentase 88%.
Jadi, rata-rata persentase
anak yang memperoleh nilai sangat baik dari aspek kesatu sampai kelima yaitu 13%, yang
memperoleh nilai tinggi 6% sedangkan yang memperoleh nilai rendah adalah
81%. Hal ini menunjukan bahwa pada
umumnya pengembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak
belum tercapai secara optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
Grafik 1.1 berikut ini :
Grafik 1.1
Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep
Angka
Melalui Permainan Permen Angka
(sebelum tindakan)
Minat anak ketika pada
kegiatan pengenalan
konsep angka masih rendah, hal
ini dilihat sikap anak yang masih kurang antusias dan tidak percaya diri dalam
melakukan kegiatan tersebut untuk lebih jelasnya tentang sikap anak tersebut,
lihat Tabel 1.2
2.
Deskripsi Siklus I
Siklus I dilakukan
sebanyak tiga kali pertemuan pertama dilakukan pada hari kamis tanggal 22 September 2011, pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari selasa tanggal 27 September 2011 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu 1 Oktober 2011.Sebelum melakukan penelitian guru
mempersiapkan Satuan Kegiatan Harian (SKH) secara keseluruhan.Tindakan siklus I
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan
penelitian dimulai dengan melakukan analisis kurikulum guru untuk menentukan indicator
dan aspek yang akan dikembangkan pada anak. Aspek yang dinilai adalah anak memperhatikan
bentuk-bentuk permen angka,anak dapat membilang angka,anak berani maju kedepan untuk bermain permen angka,anak dapat mencocokkan angka sesuai permen angka yang didapat,dan anak
mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara.
Perencanaan yang dilakukan
adalah dengan membuat persiapan mengajar seperti menyiapkan Rancangan Kegiatan
Harian (RKH), dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan di dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu alat
peraga berupa kartu angka dan bermacam-macam permen angka. Anggota peneliti saya sendiri
yaitu Suswita bertindak sebagai guru pelaksana tindakan dan anggota
peneliti Ulfa melaksanakan tugasnya sebagai observer.
b)
Pelaksanaan
Tindakan
Peneliti melaksanakan
proses pembelajaran pengenalan konsep angka dengan
menggunakan alat peraga kartu angka dan permen angka dengan
Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun. Pada awal pembelajaran peneliti melakukan
diskusi dengan anak-anak tentang kegiatan yang akan dilaksanakan cara memainkan
alat peraga yang terdiri dari kartu angka , permen angka,dan benda/barang.
Pertemuan pertama Siklus I pada hari kamis tanggal 22 September 2011 sebelum
melakukan kegiatan. Guru memperkenalkan
alat peraga berupa kartu angka dan permen angka,
kemudian guru mencontohkan cara memainkan alat peraga yang terdiri dari kartu angka, permen angka, benda/barang, gambar-gambar. Setiap pertemuan bentuk kartu angka tidak
sama supaya menarik minat anak dengan langkah –langkah sebagai berikut:
1) Anak
duduk ditikar
2) Anak
membaca doa sebelum belajar dengan bimbingan guru.
3) Bercakap-cakap
tentang tema.
4) Anak
menyebutkan angka pada permen angka.
5) Anak
mendengarkan penjelasan guru tentang cara permainan permen angka.
6) Anak
mencoba memainkan alat permainan permen angka.
7) Anak
disuruh mengambil bentuk permen angka yang disukainya dan membukanya angka
berapa yang ada dalam bungkusan permen tersebut,dan menghitung permen sesuai
dengan angkanya
Pada kesempatan ini masih banyak anak yang
belum mengenal angaka dan bentuk angka.
Pada pertemuan ini kemampuan anak mengenal angka dan mengurutkannya
masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik 2.1 berikut
Tabel 1.2Hasil Observasi Peningkatan
Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pertemuan
I Siklus I (setelah tindakan)
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Baik
|
Baik
|
Tidak Baik
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Anak
memperhatikan bentuk-bentuk permen angka.
|
3
|
19
|
2
|
12
|
11
|
69
|
2.
|
Anak
dapat membilang angka.
|
3
|
19
|
1
|
6
|
12
|
75
|
3.
|
Anak
berani maju kedepan untuk bermain permen angka
|
3
|
19
|
1
|
6
|
12
|
75
|
4.
|
Anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan
permen angka yang didapat
|
3
|
19
|
1
|
6
|
12
|
75
|
5
|
Anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai
cara
|
2
|
13
|
1
|
6
|
13
|
81
|
|
Nilai
Rata-rata
|
3
|
19
|
1
|
6
|
12
|
75
|
Berdasarkan Tabel di atas
dapat dilihat persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak pertemuan pertama Siklus I (setelah tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak memperhatikan
bentuk-bentuk permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan
persentase 19% , yang memperoleh
nilai baik 2 anak dengan persentase 12%, dan anak yang memperoleh nilai tidak
baik 11 anak dengan persentase 96%.
Pada aspek kedua yaitu ,anak dapat membilang angka yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan
persentase 19%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan
anak yang memperoleh nilai tidak baik 12 anak dengan persentase 75%.
Pada aspek ketiga anak berani maju kedepan
untuk bermain permen angka, yang memperoleh
nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase
6%, dan yang memperoleh nilai tidak baik 12 anak dengan persentase
75%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan angka
sesuai dengan permen angka yang didapat,
yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19%, yang memperoleh
nilai baik 1 anak dengan persentase 6%, dan yang memperoleh nilai tidak baik 12
anak dengan persentase 75%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan
benda dengan berbagai cara, yang memperoleh
nilai sangat baik 2 anak dengan persentase 13%, yang memperoleh nilai baik 1
anak dengan persentase 6%, dan yang memperoleh nilai tidak baik 13 anak dengan
persentase 81%
Selanjutnya
dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut ini:
Grafik 1.2 Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pada
Pertemuan 1 Siklus I (Setelah
Tindakan)
Pertemuan kedua siklus I
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 September 2011
pada pertemuan ini guru mengajak anak menyebutkan angka 1-10 dengan menggunakan
kartu angka dan anak disuruh menyusun angka .Pada pertmuan
ini anak sudah tau dengan angka 1-10 dan telah dapat mengelompokkan
benda-benda.Untuk melihat perkembangan pengenalan dapat dilihat pada table 1.3
dan grafik 1.3 di bawah ini.
Table 1.3
Hasil Obersevasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka Pertemuan 2 Siklus I (Stelah Tindakan)
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Baik
|
Baik
|
Tidak Baik
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Anak
memperhatikan bentuk-bentuk permen angka
|
5
|
31
|
1
|
6
|
10
|
63
|
2.
|
Anak
dapat membilang angka
|
4
|
25
|
1
|
6
|
11
|
69
|
3.
|
Anak
berani maju kedepan untuk bermain permen angka
|
4
|
25
|
1
|
6
|
11
|
69
|
4.
|
Anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan
permen angka yang didapat
|
4
|
25
|
1
|
6
|
11
|
69
|
5
|
Anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai
cara
|
3
|
19
|
1
|
6
|
12
|
75
|
|
Nilai
Rata-rata
|
4
|
25
|
1
|
6
|
11
|
69
|
Berdasarkan table 1.3 di atas dapat dilihat
persentase dalam peningkatan pengenalan konsep angka anak pada pertemuan 2 siklus I (setelah tindakan).
Pada aspek pertama yaitu Anak memperhatikan bentu-bentuk permen angka,
yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase 31%, yang memperoleh
nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak
baik 10 anak dengan persentase 63%.
Pada aspek kedua yaitu Anak dapat membilang angka nilai sangat baik 4 anak dengan persentase 25%, yang
memperoleh nilai baik 1 anak dengna persentase 6% dan anak yang memperoleh
nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek ketiga anak berani maju kedepan untuk
bermain permen angka yaitu, yang memperoleh
nilai sangat baik 4 anak dengan persentase 25%, yang memperoleh nilai tidak
baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek keempat yaitu anak dapat mencocokkan angka
sesuai dengan permen angka yang didapat,
yang memperoleh nilai sangat baik 4 anak dengan
persentase 285%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan
anak yang memperoleh nilai tidak baik 11 anak dengan persentase 69%.
Pada aspek kelima yaitu anak mampu mengelompokkan benda
dengan berbagai cara, yang memperoleh nilai
sangat baik 4 anak dengan persentase 25%, yang memperoleh nilai
baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 11
anak dengan persentase 69%.
Pada aspek kelima yaitu mampu menghitung
benda sesuai angka yang memperoleh nilai sangat baik 3 anak dengan persentase 19%, yang memperoleh nilai baik 1
anak dengan persentase 6% dan yang memperoleh nilai tidak baik 12
baik
dengan persentase 75%. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.3 berikut ini:
Grafik
1.3 Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka
melalui permainan permen angka pada pertemuan 2 siklus I
(setelah
tindakan)
Pada pertemuan ini sudah mulai tahu urutan bilangan 1-10. Untuk melihat
perkembangan pengenalan konsep angka
anak dapat dilihat pada table 1.5 dan grafik 1.5.
Tabel 1.4
Hasil Obesrvasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka
Pertemuan 3 Siklus I (Setelah Tindakan)
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Baik
|
Baik
|
Tidak Baik
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Anak
dapat memperhatikan bentuk-bentuk permen angka
|
5
|
31
|
3
|
19
|
8
|
50
|
2.
|
Anak
dapat membilang angka
|
5
|
31
|
2
|
13
|
9
|
56
|
3.
|
Anak
berani maju kedepan untuk bermain permen angka
|
5
|
31
|
2
|
13
|
9
|
56
|
4.
|
Anak dapat mencocokkan angka sesuai dengan
permen angka yang didapat
|
5
|
31
|
2
|
13
|
9
|
56
|
5
|
Anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai
cara
|
5
|
31
|
1
|
6
|
10
|
63
|
|
Nilai
Rata-rata
|
5
|
31
|
2
|
13
|
9
|
56
|
Berdasarkan table 1.4 diatas dapat dilihat persentase
dalam menigkatkan pengenalan konsep angka anak
pada pertemuan 3 setelah tindakan (Siklus I). Pada aspek pertama yaitu anak
dapat memperhatikan bentuk-bentuk
permen angka, yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase
31% yang memperoleh nilai baik 3 anak dengan persentase 19% dan anak yang
memperoleh nilai tidak baik 8 anak dengan persentase 50%.
Pada aspek kedua yaitu anak
dapat membilang angka baik 5 anak dengna persentase 31% yang memperoleh
nilai baik 2 anak dengan persentase 13% dan anak yang memperoleh nilai tidka
baik 9 anak dengan persentase 56%.
Pada asepek ketiga anak berani
maju kedepan untuk bermain permen angka yaitu yang memperoleh nilai
sangat baik 5 anak dengn persentase 31% yang memperoleh nilai baik 2 anak dengn
persentase 13% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 9 anak dengan
persentase 56%.
Pada aspek keempat yaitu anak
dapat mencocokkan angka sesuai dengan permen angka yang didapat yang
memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan persentase 31%, yang memperoleh
nilai baik 2 anak dengan persentase 13% dan akan yang memperoleh nilai tidak
baik 9 anak dengna persentase 56%.
Pada aspek kelima yaitu anak
mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang memperoleh nilai sangat baik 5 anak dengan
persentase 31% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengna persentase 6% dan yang
memperoleh nilai tidak baik 10 anak dengan persentase 63%. Selanjutnya dapat
dlihat pada grafik 1.4 berikut ini
Grafik 1.4 Hasil
Observasi Upaya Peningkatan
Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pada Pertemuan 3 Siklus I (Setelah Tindakan)
Berdasarkan table dan grafik di atas dapat dilihat pada umumnya perkembangan
pengenalan konsep angka anak
pada Siklus I setelah tindakan sudah mengalami peningkatan, namun belum
mencapai criteria. Ketuntasan
Minimum (KKM) yang ditentukan 75%. Selain itu jumlah nilai rata-rata anak yang
memperoleh nilai rendah (56%) lebih tinggi dari nilai rata-rata anak sangat
tinggi (31% dan tinggi (13%).
Pelaksanaan kegiatan ini juga
terlihat pada sikap anak yang kurang bersemangat dan sikap percaya diri dalam
menuntaskan kegiatan. Hasil observasi sikap anak dalam kegiatan pengenalan konsep angka menggunakan permen angka dan kartu angka pada pertemuan 3.
Hasil
perhitungan dan analisisnya dapat dilihat pada lampiran dan rangkuman yang diperlihatkan dalam tabel 5 berikut ini :
Tabel 5 hasil wawancara anak pada siklus I
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Apakah anak senang mengenal
angka melalui permainan permen
angka ?
|
11 anak menjawab ya (68%)
|
2
|
Apakah anak bisa menyebut angka yang ada pada
symbol symbol ?
|
9 anak yang bisa menyebutkan angka (56%)
|
|
|
7 anak menjawab tidak (43%)
|
3
|
Apakah kamu mengalami
kesulitan mengenal konsep angka dalam lambang bilangan dengan permainan permen angka ?
|
10 anak menjawab tidak (68)
|
|
|
6 anak menjawab ya 37 %
|
Pada petanyaan pertama apakah anak-anak senang mengenang angka
melalui permainan permen angka dinyatakan 68 % anak menjawab ya dan 31
% anak menjawab biasa-biasa saja dan untuk pertanyaan kedua 56% anak bisa
menyebutkan angka yang ada apada symbol 43% anak menjawab tidak sedangkan pada pertanyaan ke tiga 68% anak tidak mengalami
kesulitan mengenal konsep angka dan lambang bilangan dan 37% anak mengalami
kesulitan mengenal konsep angka dan lambang bilangan dengan tepat.
c.Pengamatan
Berdasarkan pengamatan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan ,maka peneliti menemukan hal-hal sebagai
berikut:
1) Anak merasa senang mengikuti kegiatan
pembelajaran pengenalan konsep angka melalui permainan permen angka.
2) Perkembangan pengenalan konsep angka anak
dalam mengenal angka sudah mulai meningkat.
3) Anak dapat memperhatikan bentuk-bentuk
permen angka.
4) Anak dapat membilang angka .
5) Anak berani maju kedepan untuk bermain permen
angka.
6) Media yang tersedia masih kurang,sehingga
tidak mencukupi bagi anak dalam melaksanakan permainan.
d.. Perenungan
Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dan penilaian pada siklus I dalam upaya meningkatkan pengenalan konsep angka anak untuk setiap indicator peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang diterapkan dengan demikian maka penelitian ini perlu
dilanjutkan tindakan pada siklus II. Ada beberapa catatan penting baik positif maupun negative sebagai
konsekwensi diterapkannya
strategi pembelajaran ini.
Catatan tentang dampak positif dan negative tersebut antara lain sebagai
berikut : 1.Permainan
permen angka menyatakan membawa dampak yang positif bagi
anak yaitu pengenalan konsep
angka anak menjadi
meningkat.
2.Permainan permen angka dapat meningkatkan pengenalan konsep angka anak dan memahami konsep angka dan
lambang bilangan
3.Suasana yang menyenangkan dalam
pelaksanaan permainan permen
angka dapat menumbuhkan sosialisasi anak untuk bermain .
Sedangkan catatan negative atau
kelemahan-kelemahan yang perlu disermpurnakan dalam siklus berikutnya yaitu :
1.
Jika guru tidak mampu menjelaskan permainan permen angka menarik bagi anak, anak tidak
memperhatikan dan kelas bisa mengalami keributan.
2.
Jika guru tidak bisa menguasai anak dengan baik dalam melakukan permainan permen angka maka pengenalan konsep angka anak
tidak akan tercapai sesuai dengan harapan.
3. Deskripsi siklus II
Dari hasil pelaksanaan siklus
I, ternyata belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ,maka peneliti
1.
memberikan pujian kepada anak
yang telah melakukan kegiatan terutama kepada anak yang masih mendapat nilai
rendah dari observasi yang dilakukan pada pertemuan tiga pada siklus I
2.
Berdasarkan hasil wawancara
diperoleh bahwa masih ada anak-anak yang menemui kesulitan yaitu 68% anak tidak
mengalamai kesulitan dalam mengenal konsep angka dan lambang bilangan dalam
permainan permen angka.
3.
Meskipun telah terdapat
konstribusi yang relative baik tetapi dorongan serta motivasi harus tetap
diberikankepada anak agar anak tidak bosan. Diharapkan dengan cara ini, pengenalan konsep angka anak dapat meningkat.
Secara garis besar perencanan dan
pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, perbaikan yang
dilakukan hanyalah perubahan kebijakan yang dapat meningkatkan pengenalan konsep angka anak.
a.
Data dan analisa data siklus II
1.
Perencanan tindakan pada siklus II
Berdasarkan hasil
refleksi siklus I dapat dilihat bahwa semua indicator belum tercapai secara
optimal sesuai dengan criteria yang ditentukan, ini bisa dilihat pada tabel
observasi. Pencapaian kemampuan anak pada tiap indicator yaitu pada indicator 1
anak memperhatikan bentuk-bentuk
permen angka
mencapai 43.73% indicator 2 anak tertarik dengan permainan permen angka mencapai
43.75% indicator 3, anak berani maju ke depan untuk bermain permen angka mencapai 43.75%. indicator 4 anak dapat membilang angka mencapai 37.5%, indicator 5 anak memasangkan
symbol angka sesuai dengan lambang bilangan mencapai 43.75% , indicator 6 anak dapat
mencocokkan dengan angka yang sesuai dengan lambang bilangan mencapai 43.75%, indicator 7
anak mampu mengelompokkan benda dengan berbagai cara mencapai 43.75. oleh sebab
itu perlu dilakukan tindakan pada siklus II.
Kegiatan pembelajaran
yang harus diperbaiiki untuk meningkatkan pengenalan konsep angka adalah sebelum melaksanakan
pembelajaran guru harus memotivasi anak untuk dapat melakukan permainan permen angka dengan
baik. Ada beberapa langkah yang diambil guru adalah dengan bernyanyi
angka-angka, juga guru dapat meminta anak menyebutkan angka, menunjukkan angka,
dan menyebutkan bentuk-bentuk angka serta warna yang ada, selanjutnya guru juga menambah
media sehingga anak mendapat kesempatan yang sama.
2.
Pelaksanaan kegiatan siklus II
Sehubungan dengan hasil
pelaksaaan penelitian siklus I dapat dilihat ternyata tidak mencapai KKM maka
peneliti melanjutkan pada siklus II
Peneltian pada siklus II ini dilaksanakan
dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama hari kamis tanggal 6 Oktober 2011, pertemuan
kedua pada hari kamis tanggal 13 Oktober
2011,dan pertemuan ketiga pada hari rabu tanggal 19 Oktober 2011.
Sebelum melakukan penelitian guru mempersiapkan Rancangan Kegiatan harian (RKH) dapat dilihat pada
lampiran I.
Pelaksanaan pada siklus ke dua
ini dengan menggunakan metode praktek langsung. Kepada anak secara individu untuk melihat pengenalan konsep angka anak melelui permaianan permen angka dapat dilihat pada format observasi
anak.
3.
Hasil Observasi Pengenalan Konsep Angka Anak
Berdasarkan data yang
diperoleh dara siklus ke dua tentang pengenalan konsep angka anak setelah melakukan
permainan permen angka dengan memakai indikator yang ada
dapat dilihat dari hasil observasi pada tindakan setiap pertemuan yang dilengkapi dengan
tabel sebagai berikut.
Pertemuan pertama siklus II
a.
Guru mengatur tempat duduk
b.
Guru berdiri di depan kelas
c.
Guru mengajak anak
memperhatikan symbol angka
d.
Guru memperlihatkan bentuk permen angka satu
perasatu
e.
Anak-anak memperhatikan
f.
Guru memberikan kesempatan pada
anak untuk menghitung symbol angka dan mengelompokkan bentuk permen.
b.
Pengamatan
Berdasarkan observasi dari
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan maka peneliti mendapatkan
hal-hal sebagai berikut:
1)
Anak berminat dan
tertarik untuk mengikuti pembelajaran melalui permainan permen angka dan kartu angka
2)
Perkembangan pengenalan konsep angka anak sudah mulai
ada peningkatan
3)
Terlihat adanya anak
yang masih ragu-ragu dalamlam mengikuti kegiatan dan masih
belum bersemangat karena kartu angka dan permen angka masih sedikit.
Untuk melihat peningkatan perkembangan pengenalan konsep angka anak pada siklus I, pertemuan 1.2.3 dapat dilihat pada
rekapitulasi table dibawah ini:berdasarkan table
2.7 di atas untuk lebih jelasnya hasil penigkatan perkembangan pengenalan konsep angka anak melalui permainan permen angka dan kartu angka dapat dilihat pada grafik 2.7
dibawah ini
Grafik
2.7 Hasil Observasi Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep Angka melalui permainan permen angka pada pertemuan 1.2.3 Siklus I (Setelah Tindakan)
Hasil perhitungan dari wawancara yang
dilakukan pada anak terdiri dari tiga pertanyaan untuk
mengetahui pendapat anak tentang
permainan permen
angka dan kartu angka. Pertanyaan yang
diajukan kepada anak juga dapat membantu peneliti dalam menelaah hal negatif
yang menyebabkan pelaksanaan tindakan belum mencapai kondisi yang optimal.
Hasil perhitungan dan analisisnya dapat dilihat pada table lampiran.
Peningkatan hasil observasi sikap anak dalam permainan permen angka dan kartu angka dapat dilihat pada rekapitulasi
table 2.8 dan grafik 2.8 dibawah ini:
Berdasarkan table 2.8 diatas dapat dilihat
perkembangan sikap pengenalan konsep angka anak pada siklus I yang terdiri dari tiga kali
pertemuan seperti grafik 2.8 berikut:
Grafik 2.8 Sikap Anak Dalam Upaya Peningkatan Pengenalan Konsep
Angka Melalui Permainan Permen Angka. Pertemuan
1.2.3 (Setelah Tindakan)
a.
Refleksi
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan pada Siklus I maka pelaksanaan pembelajarna
pada Siklus I sudah sesuai dengan rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak
pembelajaran sudah cukup berhasil ini terlihat dari:
1)
Sikap positif anak
mengikuti pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu 13% pada kondisi awal naik
menjadi 32% pada Siklus I. Sedangkan anak yang sikap positifnya rendah terjadi
penurunan dari konsidi awal 81% menjadi 56% pada siklus I
2)
Kemampuan pengenalan konsep
angka dan kartu angka yaitu:
a.
Membilang/
menyebutkan urutan bilangannya sangat baik 19% menjadi 31%.
b.
Mengenal konsep angka dengan
benda-benda nilai sangat tinggi 13% menjadi 31%.
c.
Membuat urutan bilangan nilai sangat tinggi 13% menjadi 31%
d.
Menghubungkan bilangan dengan
benda-benda nilai sangat tinggi 13% menjadi 31%.
e.
Dapat menghitung angka sesuai benda
nilai sangat tinggi 6% menjadi 31%.
3)
Ditinjau dari
aktifitas guru, pembelajaran pada siklus I sudah berjalan dengan baik,
disamping itu ada pula hal-hal yang harus menjadi perhatian guru, yaitu:
(1)
Masih ada 56% anak
yang sikap positif masih rendah dalam
proses pembelajaran
(2)
Anak yang sikap
positifnya tinggi dalam pembelajaran baru mencapai 32% berarti belum mencapai
target yang diharapkan sebesar 75%
(3)
Masih ada yang malas
dalam mengikuti pembelajaran pengenalan konsep angka.
(4)
Kemampuan anak masih
31% belum mencapai target yang diharapkan 75%
Untuk mengatasi hal di atas dilaukan hal
sebagai berikut:
(1)
Memotivasi dan
membimbing anak yang dicap positifnya masih rendah dan sedang agar disiklus
kedua sikap positifnya lebih meningkat.
(2)
Mendampingi anak
secara individual terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan dengan
alat peraga yang digunakan
(3)
Merancang
pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak dengan cara memindahkan
pembelajaran pengenalan
konsep angka sebelum anak-anak istirahat dan
bermain di luar.
(4)
Menambah alat
permainan yaitu memperbanyak bentuk –bentuk permen angka.
3.
Siklus II
Dilihat dari hasil
refleksi siklus I, maka ada beberapa hal yang perlu dilanjutkan pada siklus II
karena ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
a.
Perencanaan Tindakan
Tahapan perencanaan
tindakan pada siklus II ini sama dengan siklus I yaitu guru melakukan analisis
kurikulum untuk menentukan indicator dan
aspek yang akan dikembangkan pada anak.
Indikatornya adalah menghubungkan angka dan menyebutkan tulisan sederhana dengan symbol yang
melambangkannnya (BHS). Aspek yang akan dikembangkan kepada anak adalah mengenal
bentuk kartu angka dan permen angka , mengenal bentuk angka, mengenal jumlah bilangan sesuai
dengan angka. Perencanan yang dilakukan dengan membuat persiapan mengajar
seperti menyiapakan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan
digunakan di dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu alat peraga berupa kartu
angka dan permen
angka.
Perencanaan yang dilakukan
adalah membuat persiapan mengajar yang mana komponen-komponennya adalah Rancangan
Kegiatan Harian (RKH), menentukan metode yang akan digunakan dalam permainan permen angka dan kartu angka yaitu mempersiapkan media yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus II
ini bermacam-macam bentuk permen ditambah lagi agar
lebih menarik perhatian anak dan anak lebih bersemangat dalam melakukan
kegiatan. Selain itu peneliti memperbanyak kesempatan bermain bagi anak dengan
teman-temannya dalam menggunakan permainan permen angka dan kartu angka.
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Proses pembelajaran pada
siklus II ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada
hari selasa tanggal 20 September 2011,
pertemuan kedua pada hari kamis tanggal 22 September 2011 dan pertemuan ketiga guru perlu
mempersiapkan Rancangan Kegiatan Harian (RKH) dapat dilihat pada lampiran.
Pertemuan Pertama Siklus
II dilaksanakan pada hari selasa 20 September,pertemuan kedua pada hari kamis tanggal 22 September 2011, peneliti
memberikan kebebasan pada anak-anak menggunakan kartu angka dan permen angka secara keseluruhan. Mereka mengambil kartu angka,
kemudian mengurutkannya. Lalu peneliti berjalan mengitari anak-anak yang sedang
bermain dan melihat gambar apa dan bagaimana anak tersebut melakukan
kegiatannya.
Hasil peneliti temukan
ternayata anak-anak sudah dapat dan tahu dengan angka1-10 dan mengurutkan angka
1-10. Untuk melihat perkembangan kemampuan berhitung anak dapat dilihat pada
table 3.1 dan grafik 3.1.
Tabel 3.1
Hasil Observasi Upaya Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka
Pertemuan I Siklus II (Setelah Tindakan)
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Baik
|
Baik
|
Tidak Baik
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Membilang/menyebutkan urutan
bilangan 1-10
|
7
|
44
|
3
|
19
|
6
|
37
|
2.
|
Membilang/mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10
|
6
|
37
|
3
|
19
|
7
|
44
|
3.
|
Membuat urutan bilangan 1-10
dengan benda-benda
|
6
|
37
|
3
|
19
|
7
|
44
|
4.
|
Mnghubungkan/memasangkan
bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
|
6
|
37
|
3
|
19
|
7
|
44
|
5
|
Mampu
menghitung angka sesuai benda
|
5
|
31
|
3
|
19
|
8
|
50
|
|
Nilai
Rata-rata
|
6
|
37
|
3
|
19
|
7
|
44
|
Berdasarkan table 3.1 di atas dapat dilihat
persentase dalam meningkatkan kemampuan pengenalan konsep angka anak
pada pertemuan I siklus II (Setelah Tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak
dapat membilang/ menyebutkan urutan bilangan 1-10 yang memperoleh nilai baik 3
anak dengan persentase 19%, dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 6 anak
dengan persentase 37%.
Pada aspek kedua yaitu mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10 yang memperoleh nilai sangat baik 6 anak
dengan persentase 37%, yang memperoleh nilai baik 3 anak dengan persentase 19%
dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 7 anak dengan persentase 44%.
Pada aspek ketiga membuat urutan bilangan
1-10 dengan benda-benda, yang memperoleh nilai sangat baik 6 anak dengan
persentase 37%, yang memperoleh nilai baik 3 anakdengan persentase 19% dan anak
yang memperoleh nilai tidak baik 7 anak dengan persentase 44%.
Hasil dari penelitian tersebut akhirnya
peneliti menemukan ternyata anak-anak sudah bisa
menyebutkan
urutan bilangan dari 1-10 dan menghubungkan bilangan dengan menggunakan permen angka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.3 dan
grafik 3.3 di bawah ini:
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Baik
|
Baik
|
Tidak Baik
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Membilang/menyebutkan urutan
bilangan 1-10
|
9
|
56
|
4
|
25
|
3
|
19
|
2.
|
Membilang/mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10
|
8
|
50
|
5
|
31
|
3
|
19
|
3.
|
Membuat urutan bilangan 1-10
dengan benda-benda
|
8
|
50
|
5
|
31
|
3
|
19
|
4.
|
Mnghubungkan/memasangkan
bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
|
8
|
50
|
5
|
31
|
3
|
19
|
5
|
Mampu
menghitung angka sesuai benda
|
7
|
44
|
5
|
31
|
3
|
25
|
|
Nilai
Rata-rata
|
8
|
50
|
5
|
31
|
3
|
19
|
Berdasarkan table 3.3 di atas dapat dilihat
persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka
anak pada pertemuan 2 Siklus II (Setelah Tindakan). Pada aspek pertama ayaitu anak dapat mengenal bentuk Kartu Angka, yang
memperoleh nilai sangat baik 9 anak dengan persentase 56%, yang memperoleh
nilai baik 4 anak dengan persentase 25%, dan anak yang memperoleh nilai Tidak
Baik 3 anak dengan persentase 19%. Pada aspek kedua yaitu mengenal angka yang
memperoleh nilai baik 8 anak dengan persentase 50%, yang memperoleh nilai
tinggi 5 anak dengan persentase 31% dan anak yang memperoleh nilai rendah 3
anak dengan persentase 19%.
Pada aspek ketiga mengenal jangka dari
permainan truk angka yaitu, yang memperoleh nilai sangat baik 8 anak dengan
persentase 50%, yang memperoleh nilai baik 5 anak dengan persentase 31% dan
anak yang memperoleh nilai tidak baik 3 anak dengan persentase 19%.
Pada aspek ketiga mengenal angka melalui permainan permen angka yaitu, yang memperoleh nilai sangat baik
8 anak dengan persentase 50%, yang memperoleh nilai baik 5 anak dengan
persentase 31% dan anak yang memperoleh nilai tidak baik 3 anak dengan
persentase 19%.
Pada aspek keempat yaitu menggabungkan angka
dengan benda-benda, yang memperoleh nilai sangat baik 8 anak dengan persentase
50%, yang memperoleh nilai baik 5 anak dengan persentase 31% dan anak yang
memperoleh nilai tidak baik 3 anak dengan persetase 19%.
Pada aspek kelima yaitu mampu menghitung
benda sesuai angka, yang memperoleh nilai sangat baik 7 anak dengan persentase
44% yang memperoleh niltai baik 5 anak dengan persentase 31% dan yang
memperoleh nilai baik 4 anak dengan persentase 25%.
Selanjutnya
dapat dilihat pada grafik 3.3 berikut ini;
Grafik
3.3 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka
Melalui Permen angka pada pertemuan 2 siklus II
(Setelah
Tindakan)
Pertemuan Siklus II dilaksanakan dilaksanakan
pada hari kamis
tanggal 22 September 2011 adalah kelanjutan pertemuan kedua dengan
cara yang sama dan pengambilan nilai yang sama.
Hasil yang peneliti temukan terdapat pada pertemuan
ketiga siklus II ternyata anak-anak sudah bisa mengabungkan angka dengan benda dan
anak sudah bisa menyebutkan dengan angka.
Selain itu anak sudah bisa menghubungkan angka dengan
benda-benda. Untuk melihat perkembangannya dapat dilihat pada table 3.5 dan
grafik 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka Pertemuan 3 Siklus Ii (Setelah Tindakan)
No
|
Aspek yang Dinilai
|
Nilai
|
Sangat Baik
|
Baik
|
Tidak Baik
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
Jumlah Anak
|
%
|
1.
|
Membilang/menyebutkan urutan
bilangan 1-10
|
15
|
94
|
1
|
6
|
-
|
0
|
2.
|
Membilang/mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10
|
15
|
94
|
1
|
6
|
-
|
0
|
3.
|
Membuat urutan bilangan 1-10
dengan benda-benda
|
15
|
94
|
1
|
6
|
-
|
0
|
4.
|
Mnghubungkan/memasangkan
bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
|
14
|
88
|
2
|
12
|
-
|
0
|
5
|
Mampu
menghitung angka sesuai benda
|
14
|
88
|
2
|
12
|
-
|
0
|
|
Nilai
Rata-rata
|
15
|
92
|
1
|
8
|
-
|
0
|
Berdasarkan table 3.5 di atas dapat dilihat
persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak
pada pertemuan 3 siklus II (Setelah tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak
dapat mengenal bentuk angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan
persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak
yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek kedua yaitu memahami konsep
bilangan 1-10 nilai sangat baik 15 anak dengan persentase 94% yang memperoleh
nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang memperoleh nilai tidak
baik tidak ada lagi.
Pada aspek ketiga dapat membedakan
bentuk-bentuk angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan persentase
94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak yang
memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek keempat yaitu dapat mengurutkan
angka 1-10 yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88%,
yang memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 12% dan anak yang
memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek kelima yaitu mampu menghitung
benda sesuai angka yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase
88% yang memperoleh nilai baik 2 anak dengan persentase 125 dan anak yang
memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 3.5
berikut ini:
Grafik 3.5 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka
Melalui permainan Permen angka Pada
pertemuan 3 siklus II
(Setelah Tindakan)
Berdasarkan table 3.5 di atas dapat dilihat
persentase dalam meningkatkan pengenalan konsep angka pada
pertemuan 3 siklus II (Setelah Tindakan). Pada aspek pertama yaitu anak dapat
mengenal bentuk angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan
persentase 94%, yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan anak
yang memperoleh niltai tidak tidak ada lagi.
Pada aspek kedua yaitu memahami konsep
bilangan 1-10 nilai sangat baik 15 anak
dengan persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6%
dan anak yang memperoleh nilai tidak baiak tidak ada lagi.
Pada aspek ketiga dapat membedakan bentuk permen angka yang memperoleh nilai sangat baik 15 anak dengan
persentase 94% yang memperoleh nilai baik 1 anak dengan persentase 6% dan akan
yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Pada aspek keempat yaitu dapat mengurutkan
angka 1-10 yang memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88% yang
memperoleh nilai sangat baik 14 anak dengan persentase 88% yang memperoleh
nilai baik 2 anak dengna persentase 12% dan anak yang memperoleh nilai tidak
baik tidak ada lagi.
Pada aspek kelima yaitu mempu menghitung
benda sesuai angka yang memperoleh nilai baik 2 anak dengna persentase 12% dan
anak yang memperoleh nilai tidak baik tidak ada lagi.
Selanjutnya
dapat dilihat pada grafik 3.5 berikut ini:
Grafik
3.5 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pada
Pertemuan 3 Siklus II (Setelah Tindakan)
Berdasarkan table dan grafik di atas terlihat
perkembangan pengenalan
konsep angka setelah dilakukan beberapa kali
pertemuan.
c.Pengamatan
Berdasarkan observasi yang
peneliti lakukan dalam permainan permen angka dan kartu
angka pada akhir siklus II maka peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut:
1)
Anak termotivasi
untuk melakukan kegiatan
2)
Anak Merasa Senang
dalam melakukan permainan
3)
Anak terlibat aktif
dalam permainan
4)
Kemampuan pengenalan konsep angka anak semakin berkembang
5)
Anak semakin mudah
bersosialisasi dengan lingkungan
6)
Banyak anak yang
mampu melaksanakan kegiatan permainan permen angka.
Untuk melihat peningkatan
perkembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak melalui
permainan permen
angka
dan kartu angka pada siklus II pertemuan 1.2.3 dapat dilihat pada rekapitulasi
table dan grafik di bawah ini:
Berdasarkan
table di atas dapat dilihat perkembangan kemampuan pengenalan konsep angka anak pada siklus II yang terdiri dari tiga kali pertemuan
seperti grafik pada gambar berikut:
Grafik
3.7 Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka
Melalui Permainan Permen Angka dan Kartu
Angka
Pada
Pertemuan 1.2.3 SIklus II (Setelah
Tindakan)
Hasil perhitungan dari wawancara dan
analisisnya dapat dilihat pada table lampiran. Peningkatan hasil observasi
sikap anak dalam permainan permen angka dan kartu angka dapat dilihat pada
rekapitulasi table 3.8 dan grafik 3.8 dibawah
ini:
rdasarkan table 3.7 di atas dapat dilihat perkembangan
kemampuan pengenalan
konsep angka anak pada siklus II yang
terdiri dari tiga kali pertemuan seperti grafik 3.8 berikut:
Grafik
3.8 Sikap anak dalam Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka Pertemuan 1.2.3 Siklus II
(Setelah
Tindakan)
c.Refleksi
Keberhasilan yang telah diperoleh selama
Siklus II adalah sebagai berikut:
1)
Sikap positif anak
dalam mengikuti pembelajarn meningkat dari siklus I ke siklus II
2)
Kemampuan berhitung
anak meningkatkan pada siklus II disbanding Siklus I
3)
Sikap percay adiri
ketika menghitung benda dengan angka
4)
Kemampuan berhitung
anak dengan menggunakan truk angka dan dalam ketegori baik (sangat tinggi)
meningkat.
5)
Adanya upay
aperbaikan yang penlieit lakukan atas semua kekurangan-kekurangan yang
dirasakan membuat pembelajaran pada siklus II menjadi lebih baik
6)
Media yang digunakan
dapat memberikan semangat saat anak melakukan permainan
7)
Pembelajarna yang
dapat pada siklus II ini mengalami peningkatan proses dan hasil belajar yang
sangat memuaskan. Dari pencapaian siklus I dan siklus II peneliti yakin
permainan truk angka dan kartu angka dapat menginatkan kemampuan berhitung anak
TK Sari Kubang Tungkek.
Hasil wawancara anak pada siklus II
Tabel Hasil wawancara anak pada siklus II
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Apakah anak senang mengenal angka melalui permainan truk angka ?
|
14 anak menjawab ya (87%)
|
2
|
Apakah anak bisa menyebut angka
yang ada pada symbol bintang ?
|
13 anak yang bisa menyebutkan angka (81%)
|
|
|
3 anak menjawab tidak (18%)
|
3
|
Apakah kamu mengalami kesulitan mengenal konsep angka dalam lambang
bilangan dengan permainan truk angka ?
|
14 anak menjawab tidak (87%)
|
|
|
2 anak menjawab ya 12 %
|
Pada pertanyaan pertama apakah anak-anak
senang mengenal angka melalui permainan truk angka dinyatakan 87% anak menjawab
ya dan 12% anank menjwab biasa-biasa saja dan untuk pertanyaan kedua 81% anak
bisa menyebutkan angka yang ada pada symbol bintang18% anakmenjawab
tiaksedangkan pada pertanyaan tiga 87% anak tidak mengalami kesulitan mengena
konsep angka dan lambang bilangandan 12% anak mengalami kesulitan mengenal
konsep angka dan lambang
bilangan.
Pertanyaan
Peningkatan
hasil wawancraanak pada siklus I dam siklus II
Berdasarkan perbandinganhasil wawancara anak
dari 3 pertanyaan yang diajukan pada siklus I terdapat peningkatan pada siklus
II telah diterapkansebelumnya dapat dicapai ssuai harapan.
c. Analisa Refleksi
Siklus II
Berdasarkan hasil observasi , wawancara, dan penilaian anak dalam upaya meningkatkan pengenalan konsep angka
anak melalui permainan permen angka berdasarkan indicator yang
ada dan berdasarkan jumlah anak maka nilai rata-rata berdasarkan kemampuan
anak pada siklus II adalah 96.43% . jika persentase ini dikaitkan dengan hasil
wawancara dengan pertanyaan apakah
kamu mengalami kesulitan mengenal konsep angka dan lambang bilangan.
c.
Pembahasan
Berdasarkan analisis terhadap indicator yang telah
diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja dalam tindakan
telah dapat memenuhi pencapaian
optimal yang telah ditetapkan, maka penelitian ini sudah cukup memadai sampai
siklus II dalam meningkatkan
pengenalan konsep angka anak melalui permaianan permen angka di TK AL HDAYAH Padang Kandih Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota.
1.
Perhatian, ketertarikan dan
keberanian anak dalam permainan permen angka menurut hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengenalan konsep angka
anak melibatkan keterampilan kemamapuan mengolah angka
serta kemahiran dengan angka-angka dan jumlah benda lainnya. Menurut Gardner
dalam Sujiono (2006:6.15) mengemukakan kecerdasan logika matematika adalah
kecerdasan yang berhubungan dengan angka-angka dan logika. Dalam hal ini penelitian
memilih permainan permen angka anak mengenal dan memahami konsep angka, lambang bilangan, menghitung
dan kemampuan melihat aturan dalam segi angka dan mampu menyusun strategi
angka.
2.
Kemamapuan anak dalam membilang
angka, memasangkan angka dan mencocokkan angka yang sesuai dengan jumlah benda
. setelah dilihat dari hasil penelitian bahwa permainan permen angka yang
dilakukan dapat meningkatkan pengenalan konsep angka anak dalam membilang. Dalam
hal membilang angka anak tidak merasa ragu untuk menyebutkan urutan angka,
menyusun urutan angka dan membuat urutan angka dengan benar, begitiu juga
dengan memasangkan dan mencocokkan angka yang sesuai dengan lambang bilangan yang
didapat anak.
3.
Kemampuan anak dalam
mengelompokkan benda dengan berbagai cara . hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui
permainan permen angka dapat meningkatkan pengenalan konsep angka
anak. Dalam mengelompokkan benda dengan berbagai cara anak mampu
mengklasifikasikan berbagai benda yang
tersedia dan berdasarkan bentuk, warna,banyak, sedikit, sesuai dengan keiinginan anak. Melalui penelitian ini ditemukan
hasil yang positif dari permainan permen angka
yang mana dapat meningkatkan
pengenalan konsep angka anak. Berdasarkan hasil tindakan siklus I dan
siklus II dapat dijabarkan keberhsilan permainan permen angka dalam meningkatkan pengenalan konsep angka anak sebagai berikut :
a.
Peningkatan perhatian anak
baik, dari 31 % meningkat menjadi 94 % pada siklus II. Pada siklus I anak
mempunyai rentang nilai baik 4 orang sedangkan pada siklus II 10 orang, berarti
peningkatannya menjadi 6 orang. Sedangkan untuk nilai rendah pada siklus I
56.25% dan pad siklu II sudah tidak ada. Pada siklus I anak yang mempunyai
rentang nilai rendah 9 orang, pada siklus II tidak ada.
b.
Peningkatan ketertarikan anak
baik 31.25 % meningkat menjadi 68.75 % pada siklus II. Pada siklus I anak
mempunyai rentang nilai baik 5 orang sedangkan pada siklus II menjadi 11 orang
, berarti peningktan menjadi 6 orang. Sedangkan untuk nilai rendah pada siklus
I 56.25 % dan pad siklus II menjadi 0 %. Pada siklus I anak mempunyai
rentang nilai rendah 9 orng sedangkan pda siklus II tidak ada.
c.
Peningktan keberhasilan anak
baik 18.75 % meningkat menjadi 62 % pada
siklus II. Pada siklus I anak mempuyai rentang nilai baik 3 orangdan pada
siklus II menjadi 10 orang , berarti peningkatan menajdi 7 orang. Sedangkan
untuk nilai rendahpada siklus I 56.25% dan pada siklus II menjadi 0 %. Pada
siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang sedangkan pada siklus
II tidak ada.
d.
Peningkatan kemamapuan
membilang angka anak baik 25% meningkat menjadi 62.5% pada siklus II. Pada
siklus I nak mempunyai rentang nilai baik 4 orang dan pada siklus II menjadi 10
orang, berarti peningkatan menjadi 6 orang. Sedangkan untuk nilai rendah 62.5%dan
siklus II menjadi 6.25%. pada siklus I anak mempunyai rentang nilai endah 10
orang sedangkan pada siklus II menjadi 1 orang .
e.
Peningkatan kemamapuan anak mencocokkan
angka yang sesuai dengan jumlah benda, anak baik 31.25 % meningkat menjadi
62.5% pada siklus II. Pada siklus I anak mempunyai rentang nilai baik 5 orang
dan pada siklus II menjadi 10 orang. Berarti peningkatan menjadi5 orang pada
siklus I anak mempunyai rentang nilai rendah 56.25% sedangkan pada siklus II
menjadi 6.25%. pada siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang
dan pada siklus II menjadi 1 orang .
f.
Peningkatan kemampuan anak mengelompokkan benda dengan berbagai cara anak yang baik 37.5% meningkat menjadi 68.75% pada siklus II., pada siklus I
anak mempunyai rentang nilai tinggi 6 orang, pada siklus II menjadi 11, berarti peningktan 5
orang dan untuk nilai rendah pda siklus I 56.25% dan pad iklus II menjadi 6.25%
pada siklus I anak yang mempunyai rentang nilai rendah 9 orang sedangkan pada silus II
menjadi 1 orang.
Berdasarkan tabel rekapitulasi
siklus II dapat dilihat bahwa peningkatan perhatian anak yang sangat bnaik dan
baik 93.75% peningktan ketertarikan anak sangat baik dan baik 93.75% , anak
berani maju kedepan untuk bermain permen
angka yang sangat baik 97.75% anak dapat membilang angka 1-10 yang sangat baik
dan baik 87.5% memasangkan symbol permen angka sesuai dengan lambing bilangan sangat baik dan baik 87.5 %, anak yang mamapu mengelompokkan benda dengan berbagai cara sangat baik
dan baik 81.25%. ini berarti secara umum
peningkatan pengenalan konsep angka anak
telah mecapai Krieria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan hasil yang
dicapai pada siklus I dan Siklus II dapat dijabarkan keberhasilan penggunaan
alat peraga Permen
Angka
dan kartu angka dalam meningkatkan pengenalan konsep angka pada anak sebagai
berikut:
1.Sikap positif anak dalam mengikuti kegiatan ada peningkatan yaitu 32% menjadi 94% sedangkan
positifnya yang rendah, berkurang dari 56% menjadi 0%
2.Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajarna pada siklus II
sudah berjalan dengan baik dan berhasil.
3.Kemampuan anak melalui permainan Permen angka dan Kartu angka meningkatkan:
a.
Mengenal bentuk angka, nilai sangat baik 31%, pada siklus II meningkat
menjadi 94%
b.
Mengenal bentuk
angka, nilai sangat baik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 94%Mengenal
huruf awalan dari kata
c.
Membuat urutan
bilangan dari 1-10 dengan benda-benda pada siklus I, nilai sangat baik 31% pada
siklus II naik menjadi 94%.
d.
Menghubungkan atau
memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda, pada siklus I sangat baik
31%, pada siklus II naik menjadi 88%.
e.
Mampu menghitung
benda sesuai angka pada siklus I, nilai sangat baik 31%, pada
siklus II naik menjadi 88%.
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh
anak pada kondisi awal,
siklus I dan siklus II terjadi perbaikan kearah yang diharapkan. Hasil observasi
meningkatkan
pengenalan konsep angka anak melalui perinan permen angka dan kartu angka dapat dijelaskan pada tiap-tiap kategori yang
mana anak dengan kategori sangat baik (SB) pada table 4.1 , baik (B) pada table
4.2, Tidak Baik (TB) pada table 4.3. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table dibawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Anak Melalui
Permainan Permen Angka
(Kategori Sangat Baik)
No
|
ASPEK
|
Kondisi Awal
|
Sikus I
|
Sikus II
|
Sikus III
|
1.
|
Membilang/menyebutkan urutan
bilangan 1-10
|
19%
|
31%
|
94%
|
Naik
|
2.
|
Membilang/mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10
|
13%
|
31%
|
94%
|
Naik
|
3.
|
Membuat urutan bilangan 1-10
dengan benda-benda
|
13%
|
31%
|
94%
|
Naik
|
4.
|
Mnghubungkan/memasangkan
bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
|
13%
|
31%
|
88%
|
Naik
|
5
|
Mampu
menghitung angka sesuai benda
|
6%
|
31%
|
88%
|
Naik
|
|
Nilai
Rata-rata
|
13%
|
31%
|
92%
|
Naik
|
Grafik 4.1 Persentase
Perkembangan Peningkatan Pengenalan Konsep Angka
Melalui Permainan Permen Angka
(Kategri Sangat Tinggi)
Berdasarkan table 4.1 dan grafik 4.1 di atas,
perkembangan pengenalan konsep angka anak dalam
kategori sangat baik, pada aspek mengenal bentuk permen angka dan kartu angka pada kondisi awal 19%, pada siklus
I naik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 94%. Untuk aspek membilang
atau mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 pada kondisi awal 13%,
pada siklus I naik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 94%. Untuk
menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda pada kondisi
awal 13%, pada siklus I naik menjadi 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi
88%. Untuk aspek mampu menghitung benda sesuai angka pada kondisi awal 6%, pada
siklus I naik 31%, pada siklus II meningkat naik menjadi 88%.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka
(Kategori Baik)
No
|
ASPEK
|
Kondisi Awal
|
Sikus I
|
Sikus II
|
Sikus III
|
1.
|
Membilang/menyebutkan urutan
bilangan 1-10
|
6%
|
19%
|
6%
|
Menurun
|
2.
|
Membilang/mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10
|
6%
|
13%
|
6%
|
Menurun
|
3.
|
Membuat urutan bilangan 1-10
dengan benda-benda
|
6%
|
13%
|
6%
|
Menurun
|
4.
|
Mnghubungkan/memasangkan
bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
|
6%
|
13%
|
12%
|
Menurun
|
5
|
Mampu
menghitung angka sesuai benda
|
6%
|
6%
|
12%
|
Menurun
|
|
Nilai
Rata-rata
|
6%
|
13%
|
8%
|
Menurun
|
Grafik 4.2 Persentase
Perkembangan Peningkatan Pengenaln Konsep Angka
Melalui Permainan Permen Angka
(Kategri Tinggi)
Berdasarkan table 4.2 dan grafik 4.2 di atas,
perkembangan pengenalan
konsep angka anak dalam kategori baik, pada aspek mengenal
bentuk permen angka pada kondisi
awal 6%, pada siklus I naik 19%, pada siklus II menurun naik menjadi 6%. Untuk
aspek membilang atau mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 pada kondisi
awal 6%, pada siklus I naik 19%, pada siklus II menurun naik menjadi 6%. Untuk
menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda pada kondisi
awal 6%, pada siklus I naik menjadi 13%, pada siklus II menurun naik menjadi
6%. Untuk aspek mampu menghitung benda sesuai angka pada kondisi awal 6%, pada
siklus I naik 13%, pada siklus II menurun naik menjadi 12%.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui
Permainan Permen Angka
(Kategori Tidak Baik)
No
|
ASPEK
|
Kondisi Awal
|
Sikus I
|
Sikus II
|
Sikus III
|
1.
|
Membilang/menyebutkan urutan
bilangan 1-10
|
75%
|
50%
|
0%
|
Menurun
|
2.
|
Membilang/mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda 1-10
|
81%
|
56%
|
0%
|
Menurun
|
3.
|
Membuat urutan bilangan 1-10
dengan benda-benda
|
81%
|
56%
|
0%
|
Menurun
|
4.
|
Mnghubungkan/memasangkan
bilangan dengan benda-benda 10 (anak tidak menulis)
|
81%
|
56%
|
0%
|
Menurun
|
5
|
Mampu
menghitung angka sesuai benda
|
88%
|
63%
|
0%
|
Menurun
|
|
Nilai
Rata-rata
|
81%
|
56%
|
0%
|
Menurun
|
Grafik 4.3 Persentase Perkembangan
Peningkatan Pengenalan Konsep Angka Anak Melalui Permainan Permen Angka
(Kategri Tidak Tinggi)
Berdasarkan table 4.3 dan grafik 4.3 di atas,
perkembangan pengenalan konsep angka anak dalam kategori tidak baik, pada aspek mengenal
bentuk permen angka dan kartu angka pada kondisi awal 75%, pada siklus I
menurun 50%, pada siklus II tidak ada lagi. Untuk aspek membilang atau mengenal
konsep bilangan dengan benda-benda 1-10 pada kondisi awal 81%, pada siklus I
menurun 56%, pada siklus II tidka ada lagi. Untuk menghubungkan atau
memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda pada kondisi awal 81%, pada
siklus I menurun menjadi 56%, pada
siklus II tidak ada lagi. Untuk aspek mampu menghitung benda sesuai angka pada
kondisi awal 88%, pada siklus I menurun 62%, pada siklus II tidak ada lagi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian Upaya Meningkatkan Pengenalan Konsep Angka Melalui Permainan Permen Angka
anak , maka kesimpulan yang dapat di kemukakan adalah:
1.
Pengenalan
konsep angka pada anak melalui permainan permen angka lebih optimal di TK AL HIDAYAH Padang Kandih Kecamatan Guguak Kabupaten
Lima Puluh Kota.
2.
Pengenalan
konsep angka melibatkan pemikiran
tentang jumlah, berapa banyak, termasuk menghitung, mengelompokkan dan
membandingkan, menghitung merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan nama angka tersebut
untuk mengidentifikasi jumlah benda. Pemahaman konsep angka berkembang seiring
waktu dan kesempatan.
3.
Pengenalan konsep
angka akan tumbuh sangat besar
apabila diperkenalkan secara konkrit, baik bendanya, jumlahnya termasuk
menghitung, mengelompokkan dan membandingkan menghitung merupakan cara belajar
mengenai nama angka.
4.
Penggunaan kartu angka dan permen angka dengan bentuk yang menarik dapat
meningkatkan keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran.
5.
Anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui
permaianan permen angka, kartu
angka serta menghitung jumlah benda.
6.
Melalui permainan kartu permen angka maka berhitung
anak semakin meningkat.
A.
Implikasi
1.
Peningkatan
pengenalan konsep angka pada anak
usia dini dapat di stimulasi sedini mungkin melalui permainan permen angka khususnya di TK AL HIDAYAH Padang Kandih Kabupaten Lima
Puluh Kota.
2.
Permainan permen
angka dapat menjadi salah satu alternative yang bisa diaplokasikan oleh guru di area pengembangan
kognitif untuk meningkatkan
pengenalan konsep angka pada anak
usia dini, pada usia 5 sampai 6 tahun.
B.
Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran untuk perubahan
demi kesempurnaan penelitian tindakan kelas pada masa mendatang adalah :
1.
Guru harus memahami peserta didik dan memberikan
kesempatan pada anak untuk mencobakan berbagai aktivitas yang dapat
mengembangkan kognitif anak.
2.
Agar permbelajaran lebih kondusif dan menarik bagi anak
sebaiknya guru lebih kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran dengan menyajikan dalam bentuk permainan.
3.
Untuk merangsang dan meningkatkan kemampuan anak dalam
pembelajaran maka guru hendaknya menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif
dan menyenangkan.
4.
Para
peneliti disarankan agar lebih mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
5.
Kepada pihak TK AL HIDAYAH hendaknya dapat melengkapi alat permainan kognitif agar
pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggani Sudono.
2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT. Grasindo
Badru Zaman, 2007. Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta :Universitas
Terbuka
B.E.F. Montolalu,
2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta. :Universitas terbuka
Depdiknas 2003.
Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasionak. Jakarta:
Depdiknas
---------2004. Kurikulum TK dan RA. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional
---------. 2007. Permainan Berhitung Permulaaan.
Jakarta. Depdiknas.
Desi Anwar. 2001. Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia 1A. Surabaya
FIP UNP. 2010, Panduan Penulisan
Skripsi. FIP UNP : Padang
Maike Sugianto, 1995. Bermain Mainan dan Permainan. Jakarta :Dekdikbud
Nuraini Yuliani
Sujiono, 2009. KonsepDasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Idekf
Suharsimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Bumi
Aksara
Santoso, Soegeng. 2002. Bermain dan Permainan.
Jakarta. Depdiknas
Sujiono. 2006. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta. Universitas
Terbuka
Rakimah wati. 2009. Pengembangan Aktivitas Anak Usia Dini. Fib. UNP.
Padang.
Toha Anggoro. 2007. Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka